28 Februari 2021
Everything happens for a reason
16 Desember 2017
Kucing
Ini opini pribadi ya, ngga ada versus siapa2.
.
Semua makhluk hidup, pasti tau rasanya diperhatiin n dipeduliin sama sesamanya ataupun lbh dr itu. Ini kucing kampung di rmh, yang sebenernya ngga pernah niat dipelihara, namun kbtulan d rmh pd suka kucing, jd suka rajin ngasih makan 3x sehari (kalah org juga). Makannya ya biasa, nasi dgn lauk seadanya, yang kalo cm tempe jg mau2 aja, bahkan mie goreng juga dia doyan.. 😅😅
.
Nah, kalau dibilang anjing hewan yang setia, kucing juga loh sbnrnya. Dari 5 kucing yg dikasih makan dari kecil, cuma sisa 2 yang bertahan sampe sekarang. Tapi dari 2 kucing itu, cuma satu yang setia. Nih, si putih yang buawel nya ngga ketulungan, apalagi kalo ngeliat nyokap.
.
Kerjaannya tiap hari cuma makan, tidur, nangkepin binatang (apapun! Burung pun ditangkep) and di bawa pulang dalam keadaan setengah idup sebagai hadiah (menurut penelitian katanya). Selain itu, kalo nyokap cuma sendirian dirmh, dia pasti ngga bakal kemana2. Tidur aja di atas kursi kayu deket rak sepatu, tapi kursinya harus udah ada alasnya, berupa kain pel (yang dari baju2 bekas) ataupun kertas koran. Sok ya, tidur aja minta dialasin. Atau tidur di keset depan pintu rumah yang kalo orang mao pake buat ngoset, malah diajak maen sama dia dgn dicoel2. 😅
Nanti, kalo gue or ade gue udh pulang, baru deh dia maen keluar rumah, dgn ritual ngulet males manjanya yg bikin gemes.
.
Paling kasian itu kalo udh dikonciin dari dalam rumah. 😂😂
Dia kicep ngga berkutik gara2 berisik n ngga boleh denger orang buka bungkus makanan or suara piring diambil dari rak. Pasti mupeng! 😂😂
.
Si putih msh kyk kucing pd umumnya. Badung, manjat2, garet2, ngulet manja, tidur kyk kebo, mupengan n tau aja kapan org lg makan, melas jg kadang mukanya. Tapi dia cantik.. plus, setia. Hehe...
.
Kalau sakit, mereka ngga pergi kemana2. Pasti ke rumah. Tidur aja, badannya sakit kali. Lalu di kasih obat sama nyokap, cuma setengah keping paracetamol abis itu seger dia.
.
Memang ya, kucing juga makhluk hidup yang butuh kasih sayang dari manusia. Jadi.. sayang kucing ya gais..
16 Juli 2017
Lonely
Lonely... i'm mrs. Lonely...
Menyadari kalau ternyata gue butuh jalan2 dan pergi2 jauh sejauh mungkin tuh bkn krn emg doyan jalan. Memang doyan sih, tp ini udh nyampe taraf sepi. Krn g gk suka sepi. Rasanya seperti ditelan bumi. Yang ngga pernah berujung n gk jelas jg..
Gk ada orang atau suatu hal yang bikin gue berpikir ratusan kali, bukan puluhan atau satuan, tentang semua perjalanan gue.
Pengen jalan yg jauh, ktmu byk org tp bkn org2 yg sibuk nyari prestasi n drama berkelanjutan. Cm pngen menclok di byk tmpat utk waktu sbntar lalu pergi lagi. 😭😭😭
6 Juli 2017
BTC (Behind the Capture)
Hari itu cuaca emg sedikit aneh. Dengan hujan yang rintik kecil namun kroyokan, dipadu dgn silaunya terik matahari pagi hingga memaksa sang pelangi terbangun dari tidur panjangnya beberapa waktu belakangan.
.
.
Seakan mendapat jawaban atas gegana yang mencekam dari malam hingga pagi itu. Bukan jawaban langsung tapi hanya seruan yang terdengar dalam hati, "Semua akan baik-baik saja..."
.
.
Kadang, manusia tdk perlu jawaban langsung akan tiap doa2nya. Hanya kemunculan si pelangi, cukup membuat setiap doa seakan terjawab, "Evertything is okay, kids. Just go on..", dan ajaibnya... Semua memang akan baik. Dan semakin baik...😊😊
31 Desember 2016
Challenging Year
Seorang Pastur bertanya saat homili di gereja tadi sore.
"Apa nama yang cocok untuk menggambarkan tahun 2016 ini?"
Pasti. Semua umat yang hadir cuma menjawab dalam hati. Takut-takut disuruh maju ke depan.
Awalnya gue berpikir, tahun ini merupakan Tahun Adaptasi Terlama yang pernah gue alami. Dalam segala hal.
Adaptasi dilingkungan rumah yang baru. Yang jauh dari tempat gue beraktifitas sehari-hari. Butuh waktu 2 bulan lebih untuk bisa lebih menerima. Lagi, adaptasi dengan orang-orang yang mengetahui tempat tinggal baru gue yang jauh disini. Butuh hampir berbulan-bulan untuk membuat mereka bahkan diri gue sendiri bahwa semua ini ada hikmahnya, Dan lagi, membuat mereka paham kalau pilihan inilah yang terbaik.
Ada lagi. Adaptasi dengan kelompok kelas baru yang gue pegang tahun ini. Dengan ketidaksiapan gue untuk meng-handle level baru ini, sampai perlu berbulan-bulan juga untuk adaptasi dengan level kelas yang baru. Bukan soal anak-anaknya, tapi kesiapan diri gue untuk membimbing mereka untuk ke tahap selanjutnya dengan hasil yang lebih baik.
Juga, harus adaptasi juga dengan partner kerja yang juga baru dan belum dapat 'klik' nya hingga hari ini. Ini adaptasi rekan kerja terlama bagi gue.
Lagi, adaptasi berkenalan dengan orang-orang baru, especially with man, yang setelah sekian tahun terbiasa sendiri, belum terbiasa ada yang nemenin atau bawel nanya ini itu sampai bikin gue pegel sendiri nanggapinnya. This is the hard things.
"Tapi, pinta Berkat terlebih dahulu, meminta agar semua menjadi lebih baik dan muncul hal yang lebih baik"
Seperti tiba-tiba mendapat pencerahan. Ubah cara pandangmu dan pinta berkat. Maka, gue berpikir lain. Ini bukan tahun Adaptasi terlama, tapi Tahun dimana Tuhan menantang seberapa kuat gue menahan semua tantangan yang diberikan.
Buktinya... ternyata gue kuat! Sampai akhir tahun pun, gue masih bisa melaluinya dengan lebih baik. Walau proses perjalanannya penuh tangis, dumelan, keluhan, seruan, kemarahan, kekecewaan, dan berbagai hal menyebalkan lainnya, tapi selalu saja ada orang-orang yang menghadirkan tawa, anak-anak yang selalu berhasil meraup seluruh sendu dalam sekejap, atau mereka yang terus mendoakan gue dari jarak jauh hingga terdekat sekalipun.
Ini tahun tantangan. Dan.. gue akan berhasil. Perlu terus berjuang agar lebih baik lagi.
Kira-kira akan jadi apa tahun 2017 nanti yaaa?? 😏😏🤔🤔
7 Agustus 2016
Berdiri Tega(r)K
Begitu turun dari sepeda motor, ia terburu-buru mengecup tangan ayahnya kemudian masuk lewat pintu samping. Ia tahu, bayangan dirinya sudah begitu jauh saat matahari menyoroti punggungnya yang memikul tas ransel yang berat. Dengan sedikit berlari, ia terus berharap pintu besi di dalam belum di tutup.
"Kepada... Bendera Merah Putih, HORMAAAAAAT.... GRAK!!"
Dia menghela kecewa. Teriakan pemimpin upacara menghentikan langkah dan membuatnya berdiri di sisi luar pagar terdalam dari sekolah.
"Nanti ya, setelah pengibaran bendera selesai," ujar satpam yang menjaga di sisi dalam pagar.
Dia hanya terdiam diikuti senyum kecut. Dalam hati, ia merutuki ayahnya sendiri karena terlalu 'lelet' untuk mengantarnya ke sekolah.
Sepuluh menit berlalu. Tumit pada kaki kanannya mulai terasa panas. Ia terbiasa menumpukan tubuhnya pada kaki kanan. Sejak kejadian itu membuat kakinya yang dulu paling dibanggakan, menjadi tidak sempurna lagi baginya.
Dia mengganti posisi berdirinya. Ia melatih kaki kirinya dan menumpukan tubuhnya pada kaki kiri.
Ah. Sekejap ia merasa sedikit lebih rendah dari posisinya berdiri semula. Ini dia. Alasan lain dirinya tidak suka menumpukan tubuh pada kaki kiri. Ia terlihat lebih pendek. Ya. Memang. Hanya terlihat pendek beberapa senti, tapi dia tidak suka. Ia lebih suka berdiri dengan kaki kanannya, sehingga ia tahu bahwa dirinya tetap tumbuh seperti anak lainnya.
Tapi kaki kanannya kembali menjerit kepanasan. Untung saja, pengibaran bendera selesai dan ia bisa menyelinap masuk diam-diam di barisan belakang siswa yang sedang mengikuti upacara.
Ah, barisan belakang selalu begitu. Terlalu santai. Bahkan mungkin tidak menganggap adanya upacara.
***
"Anak-anak, hari ini kita olahraga basket bebas. Silahkan cari kelompok dan main three on three," ujar Guru Olahraga yang menjadi idola seantero sekolah.
Bukan. Wajahnya tidaklah seperti artis Korea ataupun penampilannya yang necis. Dia hanya guru olahraga yang rendah hati, senang mengikuti perkembangan jaman waktu itu dan yang pasti, dia selalu ramah dan layaknya teman sendiri bagi para siswa. Tidak terkecuali dia.
Dia belum pernah bilang kalau kakinya tidaklah sempurna, karena ia takut nantinya akan di anak emaskan dan tidak diikutkan dalam beberapa kegiatan olahraga. Tapi, guru olahraga itu tahu.
Dia tidak melarangnya, tapi tetap mengingatkannya. Hingga ia terlalu bersemangat melempar bola basket dan kaki kirinya terkilir.
"Makanya, mainnya hati-hati. Main boleh, tapi harus tahu kondisi sendiri juga,"
Dia hanya diam sambil meringis menahan sakit saat guru olahraga itu mengurut kakinya.
***
Dia sudah lelah berlari. Sebenarnya karena mengantuk setelah ruang kelas yang berubah fungsi menjadi sebuah barak, di gedor habis-habisan oleh seniornya. Ini sesi terakhir.
Sebenarnya (lagi), ia benci akan sesi itu. Membuatnya harus berlari cepar, berulang kali, belum lagi akan hukuman push up ataupun banding yang harus ditemuinya di tiap pos. Hingga akhirnya ia meringis kesakitan, tepat di pusat luka.
Ia digotong pakai tandu dan di bawa ke ruang pengobatan. Secara tidak langsung, ia mencuri sedikit waktu untuk kembali tidur, dikala menahan rasa sakit yang menyerangnya. Sudah lama ia tidak merasa sesakit itu. Ia merasa tidak enak, tapi ia tetap benci sesi itu.
***
Ia menapaki sela-sela trek yang menanjak dan memerlukan kekuatan kaki yang cukup. Untungnya kegiatan itu masih dalam batas wajar, sehingga ia tidak perlu merasakan sakit. Ditambah sudah tidak adanya rangkaian besi di dalam kakinya.
"Asal jangan sampai kedinginan saja nih,"
Suara gemeletuk giginya seakan tidak mau kalah dengan suara talkie-walkie yang saling bersahutan. Untungnya udara dan langit malam itu cerah, sehingga bintang-bintang dapat menjadi temannya malam itu.
***
"Gue ngga bisa berdiri lama, tumit kanannya sudah terasa panas dan sakit,"
Dia masih disana. Berdiri tegak disana seusai menunaikan tugasnya sebagai pembawa firman. Walau kakinya masih terasa sakit, tapi ia tidak mau mengeluh. Ia selalu berusaha berdiri tegak, mengajak kakinya tetap bertualang. Mengarungi kerasnya hidup dan kenyataan.
8 Juli 2016
4 Juli 2016
Call Charity #Special Marathon
"Kenapa namanya spesial marathon? Karena kegiatan ini merupakan perpanjangan tangan dari kegiatan pembagian sembako di Vihara Tj. Burung tgl 17 Juni yang lalu."
Jadi gini... Siang itu, gue dan teman-teman Call berinisiatif untuk melanjutkan kegiatan sosial kami, yang memang judulnya perpanjangan tangan dari sisa Bakti Sosial Di Vihara tempo hari.
Sebenarnya, ide ini memang sudah ada sebelum ada ide bakti sosial di vihara. Jadi, meluluskan ide dan melaksanakan mandat. #elaahh..
Kami kumpul disalah satu rumah, lalu dari sana kami menuju toko roti tempat kami pesan sebelumnya. Diikuti cuaca yang setengah mendung juga leher gue yang seret banget karena udaranya yang panas walau mendung.
Seusai air mineral diraih, kami menuju tempat salah satu teman kami lagi yang belum keangkut. Cuaca mendung kemudian berubah menjadi gerimis rintik-rintik. Tidak lama, gerimis berubah menjadi hujan deras. Sebuah tantangan yang cukup buat gue dan tim agak sedikit was was, pasalnya waktu sudah mepet ke waktunya orang-orang berbuka.
Sampai kami memutuskan untuk meneduh di suatu tempat, hujan semakin deras. Ah, nggak. Bukan deras lagi, ada sedikit badai angin yang walau gue bilang sedikit, cukup buat gue dan tim teriak-teriak panik karena takut akan terpaan angin dan hujan yang mengerikan. Beberapa kendaraan di belakang kami pun terpaksa memilih untuk berjalan perlahan dan memasang lampu hazard agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan.
Beberapa meter dari pintu masuk tempat kami berteduh, sebuah pohon dan tiang tampak roboh diterpa angin. Selang 1 jam kami berteduh, waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima. Mepet banget dengan acara bagi-bagi tajil kami.
Target utamanya adalah para pemulung, orang-orang yang terlihat kurang mampu dan membutuhkan yang bisa kami temui di pinggir jalan. Jujur, kami agak menghindari para pengamen di lampu merah karena takut diserbu seperti yang pernah gue alami beberapa hari sebelumnya. Sayangnya, pilihan target kami ini agak sulit. Karena efek hujan, serta jalanan yang macet dimana-mana, beberapa target yang biasa kami temui tiba-tiba menghilang seakan ditelan bumi. Mereka tidak ada ditempat yang biasa kami lihat biasanya.
Akhirnya dengan semangat yang tersisa, kami baru bisa menghabiskan sisa roti hingga langit hanya menyisakan cahaya bintang dan pendar lampu jalan. Walaupun masih banyak satu dua hal yang perlu dibenahi, kami masih bersemangat untuk misi kami berikutnya..
Kira-kira mau kemana misi berikutnya ya?
Just wait! And see you next project!
25 Juni 2016
Nama itu...
Nama itu...
Sebuah nama yang sangat umum
Bisa ditemukan dibeberapa tempat
Banyak juga yang punya kemiripa
Nama itu...
Pernah menjadi sebuah kata keramat
Sebuah nama yang pernah dihati
Berhasil membuatnya berdebar, meski hanya sepintas
Nama itu...
Pernah menjadi sebuah kata ternyaman yang di dengar
Sebuah nama yang mengingatkan kisah yang manis
Nama itu...
Juga yang mencabik isi hati
Menyisakan perih
Berbekas luka
Nama itu...
Sudah mau dilupakan
Namun hari ini, saat nama itu terucap lagi
Sebuah perasaan hangat menghampiri
Seakan lupa dengan luka
Nama itu...
Masih tetap di hati...
17 Juni 2016
Call Charity #2 - Berbagi Rasa Syukur
Haiii... Masih di project berbagi rasa syukur yang diusung oleh kami berempat, bernamakan... CALL!
Project kali ini kami ingin memeriahkan hari raya Waisak serta berbagi sembako untuk sedikit membantu warga sekitar. Target kami kali ini adalah Vihara dan agak diujung Tangerang, yakni Vihara Tj. Burung, Tangerang.
Agak kepinggir dari kota Tangerang, mengarah sedikit ke laut. Tempatnya juga beneran agak diujung, tapi hal itu tidak menyurutkan niat kami.
Setelah pengumpulan bahan sumbangan yang sedikit alot, dikarenakan masing-masing dari kami kebetulan sedang sibuk-sibuknya akhir tahun ajaran. Untungnya dapat berjalan dengan lancar.
Hari pelaksanaan jatuh pada hari Jumat, 17 Juni 2016. Tepat 2 bulan setelah baksos pertama. Jujur, kami memang tidak sengaja memilih tanggal ini karena memang hanya tanggal ini yang pas buat kami semua.
Berhubung jatuhnya hari kerja, otomatis kami juga di uber-uber dengan waktu. Proses penjemputan yang cukup krusial, serta tim logistik yang juga datang belakangan sambil diuber-uber sama telepon gue, akhirnya kami tiba tepat waktu.
Hujan yang mengguyur dadakan, juga tidak menghalangi niat kami. Untungnya hujan reda seusai kebaktian selesai dan tinggal penutup serta pembagian sembako.
Diawali dengan sepatah dua patah kata dari Gunardi, ditutup dengan doa penutup, dan dimulailah pembagian sembako. Warga yang menerima pun cukup teratur. Juga, para pengurus Vihara yang mampu mengorganisir pembagian sembako dengan lancar.
Diakhir pembagian sembako, sebuah plakat ucapan terima kasih kami berikan atas waktu dan kerjasama para pengurus Bio.
Terima kasih kepada Tuhan YME. Terima kasih kepada seluruh petugas yang bertugas. Terima kasih kepada para donatur. Terima kasih juga atas segala dukungan secara langsung dan tidak langsung.
Semoga kegiatan ini bukanlah akhir. Melainkan sebuah langkah baru bagi kami untuk tetap berbagi sebagai rasa syukur kami atas berkat selama ini. Dukung kami terus, agar tidak melupakan rasa syukur dan tetap rendah hati. Terima kasih semua.
Salam CALL!!