Tahun 2013 tampaknya seperti sebuah tahun yang penuh dengan tantangan. Baik dari dalam diri sendiri maupun dari pihak luar. Terutama setelah hampir 1 tahun menjadi anggota Senat STBA, saya pun mulai merasakan bagaimana rasanya berorganisasi diluar yang pernah kita pikirkan.
source |
Semalam, setelah terjadi perdebatan sengit di dunia persilatan *ciaaat*, sepulangnya gue seakan ditegur dengan kata-kata gue sendiri. Semalam, ah tidak, persisnya malam sebelumnya, gue menerima whatsapp dari seseorang yang selama ini selalu gembar-gembor, ngotot dan bersemangat mendukung gue.
Panggil namanya Mami *eaaa*. Mami awalnya bertanya-tanya bagaimana dengan kepemimpinannya saat PKK/Ospek kemarin. Lalu dengan gayanya
Ia meminta pendapat gue mengenai pencalonan dirinya pada pemilihan Ketua Senat STBA berikutnya. FYI, saat itu sudah diputuskan hanya ada 2 calon ketua senat yakni gue dan Anti -yang awalnya menolak lalu menerimanya lagi-.
Seperti yang gue bilang sebelumnya, gue hanya menanggapi pertanyaan Mami seperti biasanya. Hanya tertawa dan tidak begitu memusingkan. Lalu keinginannya tersebut ternyata dibawa ke dalam forum rapat dadakan diputuskanlah Mami boleh maju juga sebagai Ketua Senat STBA.
Saat itu, gue hanya sebagai pendengar. Mendengar pendapat Lintang, Sukandi dan teman-teman lain yang menolak dan mendukung. Entah mengapa gue merasa ada ketidakadilan dalam hal tersebut. Maka gue pun ikut menolak keputusan Mami. Mungkin Tuhan ingin menunjukkan sesuatu kepada gue sehingga Mami tetap maju terus sebagai calon Ketua Senat STBA.
Jujur, gue emosi. Tidak menerima. Merasa tidak adil. Tidak setuju. Bahkan hampir ingin marah pada orang-orang. Namun, berbekal pengalaman organisasi, gue akhirnya menyetujui keputusan tersebut. Inilah organisasi. Inilah yang dinamakan musyawarah.
Lalu, apakah gue dapat menerima segalanya? Awalnya tidak. Sampai menjelang tengah malam saat mengendarai motor menuju peraduan *eaa*, gue seakan ditampar oleh perkataan yang selalu gue ingat beberapa bulan kebelakang. Ditambah dengan kata-kata yang gue lontarkan saat mewawancara calon anggota senat baru beberapa jam sebelumnya. Dan paginya, saat gue buka facebook, tamparan yang gue terima seakan semakin terasa.
Ini adalah godaan kita sebagai pelayan Tuhan. Godaan melayani bukan untuk dilayani. Gue selalu bilang pada diri gue sendiri kalau sekarang Tuhan sedang menggunakan gue untuk melayani ditempat lain. Kata-kata yang kembali lagi ke gue, apa yang bisa gue berikan kepada Senat bukan Senat yang memberikan apa kepada gue.
'Life is full of give and take. Give THANKS and take NOTHING for granted.'
Sementara di tempat lain pelayannya sudah cukup dan gue cukup membantu. Ya. Tuhan memang sedang menggunakan gue untuk melayani. Lalu haruskah gue bersungut-sungut dalam pelayanan ini? Dalam pemilihan ini? This is just game. Of course no!
Inti dari seluruh kegiatan ini adalah melayani. Tidak untuk mencari pemenang ataupun yang kalah. Lalu, bagaimanakah kita bersungguh-sungguh? Jalani proses ini dan tetap melayani. Tuhan tidak pernah tidur dan Ia pun tahu apa yang harus kita lakukan. Bersyukur banget karena sudah dapat pencerahan serta tamparan yang menohok hati, lewat kata-kata sendiri.
Menyadari kesalahan dan kekurangan bukan karena seseorang mengatakannya pada kita. Melainkan bagaimana kita menyikapi kekurangan tersebut untuk menjadi kelebihan dan modal kita untuk melayani.
Huaah.. Ternyata curhat colongan gue kali ini terlampau panjang rasanya. Tapi, inilah gue. Rasanya perlu menuliskannya saat pikiran gue masih memikirkannya dan mau mengungkapkannya. Alasannya, sebelum lupa dan semoga teringat terus akan kesalahan bodoh yang kita lakukan. Berharap dimasa mendatang, kesalahan ini tidak lagi terulang.
Okay! I'm ready to campaign! Support me! To Give THANKS and take NOTHING!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^