25 Februari 2014

#Day2: Ngayogyakarta ~ ~ ~

Ah, ya! Hari minggu ke dua buat gue di Jogjakarta setelah pernah sebelumnya disana bulan Juni 2013 lalu. Jadwal hari itu adalah Ibadah, Keraton, Pantai.

Negeri Ngayogyakarta, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masih memiliki sistem monarki atau kepala daerahnya masih di pimpin oleh Sultan. Jujur, bangga banget masih punya daerah yang menyimpan kebudayaan seperti ini. Ditambah kultur budaya yang masih tradisional banget, jadinya provinsi ini tidak pernah lelah memancarkan pesona pariwisatanya.

Balik lagi ke perjalanan hari ke dua ini. Kali ini akan gue posting menjadi satu artikel panjaaaaaaaaaaaaaaaaanggg.... sekali.

Pukul 7 pagi, gue dan rombongan pergi meninggalkan penginapan untuk mengikuti Misa Pagi di Gereja St. Antonius Kota Baru, Yogyakarta. Sekitar pukul setengah 8, Misa pun dimulai. Awalnya gue  pikir akan bingung dan salah kaprah. Berpikiran kalau-kalau di Gereja ini akan berbeda tata caranya dengan Gereja gue di Tangerang.
berita parokinya berbentuk buku, bayar sukarela.
Tapi, karena Gereja Katolik itu Universal, ketakutan gue pun langsung sirna. Segala tata cara Misa hingga bahasa pengantarnya pun, umum sekali. Bahkan, boleh diakui kalau gue merasa lebih khusyuk berdoa saat di Gereja ini.
interior dalam gereja.
Selain ibadat Misa yang menurut gue, 'WOW', interior dari Gereja ini pun menawan. Dengan beberapa lukisan-lukisan Mukjizat Yesus di dinding atas Gereja, lalu patung St. Antonius di depan Gereja yang jadi sasaran camdid kami berikutnya.
patung St. Antonius-nya kepotong. :(
Oh ya! Gue sempat melihat adanya petunjuk arah mengenai perpustakaan Gereja, sayangnya saat dikunjungi, perpustakaan hanya buka di hari biasa dan... hampir terlupakan keberadaannya. Bukti kuatnya, banyak umat di Gereja yang tidak tahu akan keberadaan perpustakaan tersebut. poor it. :(

kupat sayur
Pagi itu, kami sarapan dengan sepiring kupat sayur khas Jogja. Pada umumnya, rasanya sama dengan ketupat sayur di Tangerang, hanya saja rasa dari kuah ketupat sayur ini sedikit pedas dan gurih. Berbeda dengan ketupat sayur di Tangerang yang rasanya gurihnya balapan dengan rasa gurih dari santan.

Penjelajahan kami dilanjutkan. Destinasi pertama adalah KERATON JOGJAKARTA. checked!


Ellen--sang bendahara, bertugas membayari gue dkk untuk segalanya, jadi doi langsung meluncur ke loket tiket dan kami pun melangkah maju menuju pelataran keraton.

"Aah, jadi begini istana kerajaan khas Indonesia, khususnya khas Jogjakarta..."


pelataran keraton
 Gue terkagum-kagum dalam hati menyaksikan bahwa provinsi tersebut masih memakan sistem monarki yakni dimana Sultan sebagai Kepala Daerahnya. Masih ada juga istana yang kini dibuka untuk umum. Dulu, Sultan sih tinggalnya disana, katanya...

iniiih, katanya tempat sang Sultan memberi titah.
Pikiran gue pun nggak jauh-jauh dari 'bahan cerita'. Sebagai penulis, naluri pen-setting-an gue pun muncul. *halaah! apa ituh naluri pen-setting-an?!*

Gue berpikir untuk membuat cerita dengan setting istana seperti disana, dengan alur jaman dimana istana tersebut masih di agung-agungkan dan di buat sakral, lalu dengan khayalan tingkat tinggi membuat karya gue kelak menjadi sebuah drama ataupun film yang di tonton ribuan mata.
inih kayaknya bangunan buat kegiatan-kegiatan ringan. *makan batu, ringan*
Sebenarnya tujuannya sih mau saingan sama film-film saeguk-nya Korea.

"Ini, loh! Indonesia juga punya film kolosal yang isinya nggak cuma yang berbau 'mistis', 'kutukan', teror, dan lain-lainnya, seperti Angling Darma, dkk."

inih! Inih bangunan yang buat gue terinspirasi.
ruang musik keraton
Kepikiran juga kalau membuat kisah percintaan dengan latar sebagai Sultan dan Kanjeng Ratu. Aaaah, otak gue hampir meledak saat memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa gue ciptakan sendiri di novel, cerpen atau khayalan gue tersebut.
Back to trip!

Di Keraton, keliling-keliling masuk ke satu ruangan ke ruangan lainnya. Lihat-lihat foto, benda-benda peninggalan serta segala tata cara dan adat yang ada di Kasultanan Ngayogyakarta. *bener nggak tuh nulisnya*

Satu kata. KAGUM!

Next destination, 
taman sari
TAMAN SARI! checked!
Taman Sari

ini tempat pemandian untuk Sultan dgn Selir terpilih kala itu.
Tempat ini terkenal karena dulunya merupakan tempat wisata Sultan dengan para selir serta dayang-dayangnya. Kalau jaman sekarang, menurut gue tempat tersebut seperti tempat 'hura-hura'-nya para Sultan. Sayangnya, hanya sampai Sri Sultan ke 3 saja yang bisa menikmati tempat mandi para 'putri' ini karena meletusnya Gunung Merapi yang menutupi hampir seluruh komplek pemandian.
Ini pemandian utama di Taman Sari.



Di tempat ini, kami menyewa jasa tour guide yang membimbing kami keliling kompleks pemandian ini. Selanjutnya, berbagai cerita pun mengalir seiring tempat yang kami kunjungi. Satu yang paling buat gue kagum, ternyata dulunya di kawasan yang sekarang ini ditempati oleh para penduduk, merupakan sebuah danau buatan. Danau tersebut hilang begitu saja bersamaan dengan meletusnya Gunung Merapi karena tertimbun debu dan pasir.


katanya, tempat pemandian uap panas. Kalo sekarang, biasa disebut... SAUNA!

Ada juga cerita tentang sebuah terowongan yang konon katanya bisa langsung tembus ke Pantai Parangtritis. Cerita yang berbau mistis, karena lagi, konon katanya terowongan itu dibuat untuk mempercepat pertemuan dengan Sang Ratu Pantai Selatan, alias Nyi Roro Kidul.
Tuh, dibelakang kami, tempat sholat yang gue sebutin. Dibawahnya, ada terowongan yang gue yang  konon langsung tembus ke Parangtritis.

Bagian lain dari tempat pemandian ini adalah berupa tempat sholat berjendela tanpa jendela, lalu tangga-tangga, ruang-ruang yang tak dikenal, hingga terowongan yang tanpa sadar kembali membawa gue dan rombongan ke titik awal. Berasa lagi muter-muter.

Siangnya, kami meluncur ke PRAMBANAN! checked!
PRAMBANAN!
Setelah gagal di hari sebelumnya, akhirnya tibalah gue di candi termegah ke-2 di Indonesia, versi gue. *jangan protes...*

Dari jauh, candi ini terlihat megaaah sekali. Sama seperti di Borobudur kemarin, gue dkk harus mengenakan kain di pinggang dari pengelola. Sama juga seperti di Borobudur, disini... PANAS!! Lebih nggak tahan panasnya disini. Saking panasnya, gue dkk tidak berlama-lama di spot ini. Tapi tetap saja tetap harus foto-foto.
Di depan pintu masuk

Oh, ya. Di Prambanan, saat akan masuk ke Candi Wisnu, kami diharuskan memakai helm pengaman karena ternyata beberapa bagian dari Candi ada yang retak-retak dan tampak di plester/ditambal dan baru selesai dipugar. Menurut penjaganya, keretakan diakibatkan gempa Jogja yang pernah terjadi beberapa tahun sebelumnya. Jadi intinya sih, menjaga keamanan pengunjung sih.
PANAS...
Pemberitahuan

pahatan-pahatan pada candi
ada plester hitamnya.. :( 
take a look the plester

Sebenarnya, gue sempat bingung karena beberapa candi ada yang berantakan disana-sini. Ternyata, setelah tanya pada petugasnya, bahwa gugusan candi-candi yang berantakan memang seperti itu keadaannya. Ingat cerita Roro Jonggrang? Itu kisah awalnya.
itu ada yang lagi di susun tuh..
awur-awuran batunya.

Sepulang dari Prambanan, gue dkk pun berjalan kaki menuju pintu keluar dan menuju destinasi berikutnya.
berasa petugas konstruksi candi. :))
Hueeh.. Perjalanan yang dikebut banget nih! Sehabis mengelilingi kebudayaan Jogjakarta, peninggalan-peninggalan sejarahnya serta kearifan budayanya, selanjutnya adalah....

Happy-happy!
gayane Kak Rosa..
Mengejar Sunset di Parangtritis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^