27 November 2015
Senandung Angin...
19 November 2015
Mengundang Rindu
Hujan.. Kadang identik dengan butiran rindu yang turun bersamanya.
Aromanya terbawa angin saat menembus tanah gersang tak terurus.
Membalut rindu disela hembusannya.
Menebar luka yang masih menganga.
Malam.. Kadang identik dengan romantika sang bintang.
Sebuah kedipan mata hitam bulay, bak bola pingpong.
Menyuntikan rindu disela-sela tidurnya.
Menyelimuti hati yang terluka.
Rindu.. Kadang identik dengan sebuah kisah perpisahan yang menghantarkan kembang-kembang rindu ke sana. Membuat ia melayang dimabuk rindu.
Mungkin, sebuah kisah masih belum bisa terjadi meskipun hanya sejumput rindu. Namun, walau hanya berpaku pada sang rindu, sosoknya tak akan pernah terganti. Apapun yang terjadi.
Akhirnya, biarlah rindu ini melebur bersama derasnya hujan, pekatnya malam serta serbuan rindu di dalam hati.
14 November 2015
Din.. Din... Klakson
Kali ini, gue merasa ada keganjilan akan tingkah gue dengan klakson. Contoh paling jelas misalnya saat di lampu merah, gue tanpa saar pasti menekan klakson pertanda sudah lampu hijau. Awalnya karena ikut-ikutan, sekarang jadi kebiasaan. Bahkan saat gue berhenti paling depan pun gue kasih klakson. Kan aneh!
pinjam |
Ada lagi, tentang pengendara yang suara klaksonnya udah kayak radio kusut, tapi terus-terusan bunyiin klakson. Sementara, jalanan di sisi kanan gue lega dan dia bisa nyalip sesuka hati dia. Sudah klakson tanpa henti, tapi nggak nyalip-nyalip.
Ada lagi juga, tentang klakson mobil tronton yang tiba-tiba mengagetkan gue. Anehnya, gue nggak tersinggung. Justru tertawa karena sempat-sempatnya kaget, meski lagi macet-macetnya jalanan. Kadang, gue merasa beruntung pada mereka yang suka klakson sesuka hati karena mengingatkan gue agar lebih berhati-hati saat berkendara. Tapi terkadang, hal sebaliknya itu yang nggak gue suka. Hufft..
7 November 2015
Cup Cup Anakku...
source |