Untuk pertama kalinya, ia lupa akan satu hal.
Sebuah hal yang selalu diingatnya,
Walau tidak sebaliknya.
Untuk pertama kalinya, ia lupa..
Ah, lebih tepat... melupakannya.
Karena kata lupa identik dengan kesalahannya.
Ah, lebih tepat... melupakannya.
Karena kata lupa identik dengan kesalahannya.
Untuk pertama kalinya, ia berhasil mewujudkan mimpi serta janji yang tidak pernah ia harap dapat terwujudkan.
Karena ia tahu, untuk bermimpi pun sulit, terlebih mewujudkannya.
Karena ia tahu, untuk bermimpi pun sulit, terlebih mewujudkannya.
Untuk kesekian kalinya, ia tidak lagi kesal.
Kala pesannya hanya dibalas singkat dan... biasa.
Tidak ada yang spesial lagi baginya.
Kala pesannya hanya dibalas singkat dan... biasa.
Tidak ada yang spesial lagi baginya.
Untuk kesekian kalinya pula, ia bersedih karena harus mengakhiri tanpa punya arti.
Ia berteriak pada diri sendiri,
"Mau sampai kapan?!"
"Mau sampai kapan?!"
"Mau sampai kapan?!"
"Mau sampai kapan?!"
Ia bersikeras bertahan, mengganggap dirinya sudah lepas dari ingatannya, sayang... ketika ingatannya kembali, ia harus kembali terluka.
Ia pun menggumam, "Haruskah ini berakhir? Bahkan memulainya pun, aku tak sempat..."
source |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^