30 Juni 2015

Cerita Mini: Bioskop

Mematut diri di depan cermin, mencari baju yang cocok, tersenyum sejak pagi, aku rasa hanya orang yang hampir gila yang bertingkah seperti itu. Sayangnya, aku pikir bahwa dirikulah orang itu. Sejak semalam aku pun hampir tidak bisa tidur dengan nyenyak. Berkali-kali terbangun dan langsung melirik pada penunjuk waktu. Aku merasa jantungku seperti mendapat sengatan listrik entah dari mana hingga membuatnya berdebar setiap waktu.

Lagi-lagi kulirik jam weker yang ku pasang disamping tempat tidurku. Wah, masih jam delapan pagi, masih ada dua jam sebelum aku bertemu dengan si penyebab keanehan padaku. Dua jam serasa dua tahun, aku menunggu dan si Dia tiba tepat waktu. Suara bel terdengar dan melihat sosoknya dibalik pintu membuat jantungku hampir melompat keluar. Perasaan senang serta salah tingkah bercampur jadi satu. Ah, aku tampak seperti orang bodoh, rutukku dalam hati.

Kami pergi menonton bioskop. Bioskop pertama yang menjadi saksi perjalanan kisah cinta kami. Menonton film, makan di restoran, bermain di pusat permainan hingga tak terasa waktu yang mengingatkanku untuk segera pulang. Langit diluar bangunan sudah berubah kembali menjadi gelap dan si Dia mengantarku pulang dan berpamitan dengan kedua orangtuaku.


Aku tersenyum sambil merasakan debaran jantungku saat membayangkan kenangan kami hari ini.

26 Juni 2015

Pusara Luna...

Disclaimer
Sebelum membaca, disarankan untuk membuka postingan sebelumnya disini. Kumpulan cerpen di tahun 2015 ini dibagikan agar lebih bermanfaat dan lebih banyak yang membaca. Happy reading.

20 Juni 2015

I wanna fall in love...

Disclaimer
Cerpen ini diciptakan dimasa awal-awal jatuh cinta pada kepenulisan cerpen dan novel. Gaya tulis dan diksi yang terbatas,  tidak menjadi penghalang dalam menyampaikan perasaan. Selamat membaca...

19 Juni 2015

First Love

Kenangan Klasik Cinta Pertama
Puisi klasik mengenai cinta pertama
Menceritakan begitu manisnya cinta pertama yang terjadi
Teringatkan akan saat-saat dimana dirimu menyukai dirinya
Setiap saat, setiap waktu dan dimana pun kau berada
Mungkin di dalam pikiranmu hanya ada dirinya.

Begitu indah, begitu manis
Rasanya seperti sebuah gulali yang manis
Menghiasi hari-hari dan waktu yang ada dengan bayangnya
Selalu teringatkan akan setiap hal yang dilakukannya
Setiap hal baik yang pernah dilakukannya untukmu.

Saat kau menyadari akan perasaanmu
Saat itu pula kau akan menyadari akan kesedihan dibaliknya
Namun kau sangat menyadari bahwa ini takdirmu
Bagaimana pun kau berusaha melawannya
Ia akan tetap menjadi cinta pertama.

Hati merasakan hal manis saat cinta pertama menyisakan hal termanis
Kenangan-kenangan yang tercipta tak akan pernah kembali
Namun kenangan akan tetap terukir manis
Walaupun pada akhirnya bahwa segalanya hanyalah kenangan.

Pernah terpikirkan untuk kembali merasakan manisnya cinta
Ingin menyentuh kembali manisnya masa-masa lalu
Menikmati setiap kemanisan yang terasa dan melupakan waktu yang berjalan
Tapi harus menyadari bahwa semua tetap hanya masa lalu.

Cinta pertama tidak selalu memberikan kenangan manis
Saat dirimu begitu ingin mengulang manis rasanya
Saat itu pula akan teringat hal pahit yang membuat dirimu hanya bisa memandangnya
Hal yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata
Namun hati yang bisa menunjukkan.

Cinta pertama kadang terasa menakutkan
Kau tidak ingin merasakan lagi rasanya cinta
Namun cinta pertama tetap terkenang manis dibalik segala ketakutan

Cinta pertama...

9 Juni 2015

Senja

Disclaimer
Sebelum membaca postingan ini, silahkan membuka cerpen sebelumnya. Cerpen ini tidak bersambung namun dibuat dalam rangka mengikuti kompetisi yang sama di waktu yang sama tempo dulu. Happy Reading...

7 Juni 2015

Tamu

Disclaimer
Postingan ini masih satu rangkaian dengan cerpen sebelumnya. Dalam mengikuti seleksi kompetisi tempo dulu dan sekarang dibagikan agar banyak pecintanya. Happy reading...

Ting tong... Ting tong...

Suara bel rumah berbunyi di pagi buta saat hari liburku berlangsung. Dalam hati bertanya mengapa tidak ada yang membuka pintu? Aku cuek dan suara bel terus berbunyi. Siapa sih pagi-pagi sudah bertamu dirumah orang, keluhku. Akhirnya aku bangkit juga dari tempat tidurdan bergegas menuju pintu rumah. Aku menemukan secarik kertas memo diatas meja makan yang ternyata dari mama. Ia menulis pesan bahwa dirinya sedang pergi ke pasar. Pantas saja tidak ada yang membuka pintu, gumamku dalam hati.

Aku segera menghampiri pintu rumah dan membuka handelnya dengan perasaan malas. Begitu terbuka, tampak seorang laki-laki sedang berdiri memunggungi pintu. Laki-laki itu mengenakan kaos oblong berwarna merah dan kedua tangan diselipkan di saku celananya.

“Maaf, mas. Cari siapa?” tanyaku heran.

Laki-laki tersebut tidak menjawab pertanyaanku dan tidak bergerak sedikitpun. Aku pun semakin penasaran saat menyadari sosoknya seperti tidak asing lagi bagiku.

“Maaf, penagih hutang, ya?” ujarku kemudian. Laki-laki tadi tetap tidak menjawab. Rasa emosi mulai menghinggapiku saat melihat laki-laki tadi yang tidak kunjung menjawab pertanyaanku. “Hey mas, kalau ditanya jawab dong. Saya susah payah bangun supaya bisa bukain pintu buat mas tapi malah diam seperti patung begini!”

Gerutuku rupanya bermanfaat juga. Laki-laki tadi mulai bergerak dari tempat ia berdiri dan membalikkan badannya. Begitu wajahnya menatapku, sesaat aku merasakan degup jantungku berhenti tiba-tiba. Rasa shock dan tidak percaya bercampur jadi satu. Laki-laki itu adalah DIA... DIA... Dia yang selalu datang dimimpiku, bahkan beberapa saat lalu aku masih memimpikannya. 

Tapi sekarang, dia ada dihadapanku, didepan mataku! Astaga!

Tanganku menutup mulutku yang reflek menganga menatap Rendi, kakak kelas yang selama ini hanya bisa aku lihat dari jauh karena banyak penggemarnya. Aku menyukainya karena wajahnya yang manis dan prestasinya yang luar biasa disekolah. Dapat ku lihat, Rendi tersenyum melihat aku yang terbelalak kaget saat melihat dirinya berdiri di depan rumahku.

“Kak Rendi...” seruku pelan, sepelan suara angin.

“Hai Andin, apa kamu sudah sarapan? Aku mau mengajakmu sarapan bersama.” balas kak Rendi kembali tersenyum menatapku.

Oh, astaga! Apa yang terjadi hari ini? apa ini tanggal keramat? Keajaiban apa yang terjadi sehingga Kak Rendi yang terkenal dingin itu mengajakku sarapan pagi. Lagi-lagi mulutku menganga menanggapi ajakan Kak Rendi yang tiba-tiba. Buru-buru aku menyadarkan diri lalu menjawab pertanyaan Kak Rendi dengan tergagap.

“Be... Belum kak... Ki... Kita sarapan bersama?”

Senyum Kak Rendi tiba-tiba pecah menjadi tawa mendengar jawabanku. Seketika wajahku berubah menjadi merah seperti udang rebus. Dimana aku harus menyembunyikan malu ini??? pekikku dalam hati.

“Mari Andin, kita sarapan bersama di depan komplek rumahmu. Tadi aku melihat ada penjual nasi uduk disana.” Ajak Kak Rendi lagi. Ia lalu meraih tanganku mengajakku keluar rumah.

Seluruh tubuhku bergetar dan perutku berguncang hebat disertai rasa sakit kepala yang luar biasa. 

Astaga, ada apa lagi ini? Ini saat yang penting, kenapa harus sakit? Oh, ya. Semalam aku kehujanan dan lupa minum obat. Aku menatap Kak Rendi penuh permintaan. Namun lama kelamaan pandanganku kabur dan bisa kurasakan tubuhku terjatuh ke lantai disertai teriakkan Kak Rendi.


Betapa malunya diriku. Pingsan saat sang pujaan hati mengajak sarapan bersama.


3 Juni 2015

Festival Cisadane

Kalau kalian warga asli kota Tangerang, pasti tahu dong acara Festival Cisadane. Acara yang selalu di adakan antara bulan mei-juni ini, biasanya mengikuti perayaan festival 'pecun' atau perahu naga atau hari bacang. Mengingat festival Cisadane ini agak berbau-bau chinese, makanya pak walikota mungkin mensiasatinya dengan mengadakan festival secara global. Itu pendapat gue.