Ditahun berikutnya, postingan gue tentang hujan sangatlah berbeda 180 derajat selsius. *nah loh*.
Kecintaan gue yang besar pada hujan tampaknya membuat sang hujan ke ge-eran, sehingga di tahun 2013, banyak hujan terjadi namun melebihi dari apa yang gue pikirkan. Hujan banyak, banjir juga banyak. Apalagi saat itu gue statusnya masih kuliah, ditambah tiap sore harus hujan. Saking kesalnya, gue meminta hujan untuk berhenti saat itu juga.
Akhirnya, tahun 2014, gue berhenti menulis tentang hujan. Bermaksud untuk tidak mencintainya berlebihan. Mubazir, kalau kata orang-orang. Sayangnya, hujan tampak memusuhi gue dan datang terlambat tahun ini. Sesaat setelah bulan yang berbunyi 'ber- ber- ber-' tiba, ia tidak juga kunjung datang. Gue pun merasa kesepian. Dimana dia? Apakah dia bersembunyi? Gue merindukannya.
Gue merindukan hawa sejuk yang menerpa kulit saat angin dingin bertiup sebelum sang hujan datang. Gue juga merindukan aroma tanah yang khas air hujan saat ia membasahi permukaan bumi.
Gue juga merindukan resonansi rindu yang hanya bisa dinikmati saat hujan dan pecinta hujan. Gue merindukan masa lalu yang bisa gue kenal dan tertuang dalam lembaran halaman blog ini. Gue rindu menginspirasi.
Ditengah gersangnya bumi, ditambah kabut asap di beberapa wilayah negera gue, membuat gue semakin rindu dan sudah mencapai titik akut dalam merindukannya. Gue masih menunggu dan akan terus menunggu. Gelombang rindu, aroma tanah, hawa sejuknya, serta butiran air yang jatuh mengenai kulit dan membasahi bumi.
Gue rindu memakai jas hujan berjamaah saat naik motor. Gue rindu kehujanan di atas motor. Gue rindu neduh di sembarang tempat, yang juga berjamaah. Gue rindu meng-gas kencang motor karena banjir. *ups, lewatkan banjirnya*
source |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^