Hai! Inilah proyek menulis marathon '31 Days Full of Articles' hari ke Empat Belas! Kamu ingin join atau membaca tulisan sebelumnya atau sesudahnya, silahkan klik disini...
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Profil Penulis:Hei! Ini dia penulis tamu kita berikutnya. Beruntungnya, gue menemukan si penulis yang oke banget satu ini. Gaya nulisnya yang keren, sempet bikin gue iri banget nih. Siapa dia? Namanya adalah Intan! Silahkan baca kicauannya lewat twitter atau hubungi dia lewat facebook. Nah, daripada nunggu lama-lama, langsung saja ke TKP bersama tulisannya yang keren.. Ini dia...
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Let’s
Playing Guitar with Me, Dear
Saya selalu berdecak
kagum setiap kali menyaksikan anak gadis yang jago main gitar. Bukan
hanya karena dia jadi kelihatan keren, melainkan kayaknya enak banget
bisa nyanyiin lagu apa aja diiringi gejrengan gitar semau kita. Saya
emang suka nyanyi, walaupun suara saya nggak bagus-bagus amir sih.
Tapi lumayanlah. Seenggaknya nggak sampe bikin telinga yang denger
jadi panas lah :p Saya juga suka musik, saya beneran ngarep banget
bisa metik senar gitar dengan piawai. Someday.
Keinginan untuk
macarin gitar, sebenernya udah ada sejak SMP, saya pun punya target,
ketika selesai UN dan menikmati liburan panjang, akan saya isi sama
belajar main gitar. Sayang, hingga mengenakan seragam Putih-Abu,
keinginan itu seakan semakin samar tertutup waktu. Hingga sekarang,
ketika saya sudah duduk manis di semester 5 Perguruan Tinggi,
keinginan kecil itu hanya berakhir sebatas keinginan. Kenapa? Mungkin
karena menggebunya keinginan saya nggak berbanding lurus sama usaha
yang saya lakukan kali ya?
***
Untaian rasa
yg ku selipkan
Semoga mampu tuk meluluhkan
Hati pemilik senyum itu
Berbagai cara akan ku coba
Agar aku takkan kehilangan
Pandangan dari senyum itu
* Dan di saat ku katakan
Jadi kekasihku
Akan membuat
Kau jauh lebih hebat
reff: Percaya padaku, uuuh
Percaya padaku, uuuh
Jiwaku untukmu, uuuh
Hidup terlalu singkat
Untuk kamu lewatkan
Tanpa mencoba cintaku
Semoga mampu tuk meluluhkan
Hati pemilik senyum itu
Berbagai cara akan ku coba
Agar aku takkan kehilangan
Pandangan dari senyum itu
* Dan di saat ku katakan
Jadi kekasihku
Akan membuat
Kau jauh lebih hebat
reff: Percaya padaku, uuuh
Percaya padaku, uuuh
Jiwaku untukmu, uuuh
Hidup terlalu singkat
Untuk kamu lewatkan
Tanpa mencoba cintaku
Petikan gitar di
ujung sana terdengar manis banget di telinga. Dia terus melantunkan
lirik-lirik cantik yang membuat saya salah tingkah di seberang sini.
Untunglah, dia hanya melantunkan lagu itu via telepon, jika secara
langsung, saya bisa pingsan saking bahagianya *please,
jangan norak Intan.
Perkenalkan, lelaki
di seberang sana yang udah berhasil bikin pipi saya merona merah
begini bernama Dani.
Dani aja, bukan Ahmad Dani *saya
nggak suka sama om-om :p
Dia tetangga saya di GB3 (gedung kuliah khusus anak FKIP di kampus),
saya jurusan Fisika, dia Matematika *alamak,
jurusan yang sama-sama bikin kepala saya mengkerut semasa SMA dulu.
Dia temen baik saya *langsung
di cie ciee-in sama temen-temen deket saya, bener cuma temen, Ntan?
Bener kok, sekarang sih temen, nggak tau kalo esok lusa dia jadi
demen sama saya *ngakak
jahat :D
Jadi ceritanya,
sejak ketemu si Dani, keinginan saya untuk punya pacar, eh main
gitar, kembali menguat. Gimana nggak, Dani sering banget nyanyiin
lagu-lagu cantik buat saya. Saya juga nggak mau kalah dong. Saya juga
mau bikin pipinya dia bersemu merah karena dapet lagu spesial dari
saya. Atau, mungkin suatu hari ntar saya dan dia bisa duet maut.
Ngejreng bareng di depan kost *biar
ditimpuk temen-temen kost yang bete denger suara cempreng kami.
***
“Dan, udah lama
pinter main gitar?”
“Udah dong. Aku
sama si Alan aja bentar lagi mau anniv ke-8.”
“Hah? Alan? Kok
kamu ga bilang kalo kamu maho sih?”
saya langsung jejeritan alay.
Dani yang gemes
langsung spontan noyor kepala saya.
“Alan itu nama
gitar aku, Ntan. Enak aja maho. Rugi banget maho, di samping aku ada
cewek manis kayak kamu.”
Hiks, jantung saya seakan memompa darah lebih cepat, dag dig dug der.
Sialan si Dani, gombalannya ngefek jee :p
“Awal Desember
ntar temenin beli gitar yak, Dan. Terus ajarin aku main juga.”
“Eh, beneran?”
“Iya, sejak
kapan aku berani ngebohongin makhluk Tuhan secakep kamu?”
Rasain Dan, rasain.
Tak gombalin koe. Dani nyengir sambil misuh-misuh nggak jelas. Buat
nutupin salah tingkahnya, dia nyubitin hidung pesek saya
berkali-kali. Dan, Dan, mau dicubitin berapa kali pun, hidung saya
tetep segini-gini aja. Batangnya nggak bakalan numbuh.
***
2 Desember 2013,
tanggal yang saya pilih untuk menjemput Aluna –nama
gitar saya kelak-
di toko gitar bareng Dani. Udah saatnya saya mewujudkan keinginan
kecil saya itu menjadi nyata. Bukan sekedar mimpi-mimpi kosong.
Mungkin saya harus ngerelain diri sedikit berhemat di bulan depan.
Mungkin saya juga harus merelakan jemari saya mendadak kram ketika
memetik senar. Tapi bukankah dalam setiap proses belajar, kita harus
mengorbankan banyak hal?
Saya ngerasa
beruntung bisa ketemu sosok Dani yang berhasil membangunkan kembali
impian masa dulu saya. Impian yang nyaris basi, nyaris ketutup sama
waktu yang terus melaju. Sekarang, saya udah janji ke diri sendiri.
Sekecil apapun mimpi, selagi itu bisa membawa diri ke arah lebih
baik, maka saya harus mewujudkannya. Saya nggak akan membiarkan
detik-detik waktu yang bergulir merenggut sadis mimpi itu tanpa
pernah menjadi nyata. Mimpi ada untuk diperjuangkan. Mimpi tercipta
untuk diwujudkan.
“Terkadang,
ketika ingin mempelajari sesuatu, kita butuh sosok di luar keinginan
diri sendiri untuk membantu menjadikan keinginan itu semakin besar.
Hingga kata ingin bukan lagi sekedar ingin, melainkan menjadi hal
urgent untuk diwujudkan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^