30 Desember 2015

This Year!

Setahun hampir berlalu gais. Banyak hal yang sudah terjadi dan gue alami selama setahun. Beberapa pencapaian terbaru dan tidak terduga pun terwujud dengan sendirinya. Dengan tidak adanya target pencapaian ditahun sebelumnya, tahun ini bisa gue lalui dengan lebih sedikit enteng karena tidak terbebani. Meskipun, tetap ada satu target besar yang sampai sekarang masih belum terwujud. Sedih deh kalo di ceritain. *dramatiser*

Mari... gue ajak lo semua flashback ke awal tahun dan menemukan pencapaian-pencapaian yang gue capai tahun ini.

Januari
Tahun ini dibuka dengan keberhasilan gue menembus 200 besar Merry Riana Campus Ambasador. Sayangnya, langkah gue di MRCA 2015 harus berhenti di 200 besar tersebut. But, I got many things useful from that...

Februari
Rampungnya tulisan perjalanan tahunan gue di tahun sebelumnya. Destinasi kali ini ke Semarang yang penuh luntang lantung namun banyak pelajaran yang didapat sebagai backpacker beneran. Oh ya, ada juga satu event yang gue ikuti yang diperoleh dari MRCA 2015 dan baru gue posting di bulan berikutnya.

Maret
Bulan Maret sangat keren abis tahun ini gais. Gue mengikuti kegiatan ITO (Indonesian Talent Outlook) 2015 yang kece banget. Berikutnya, gue mendapatkan banyak surprise di tahun ini, dan pastinya banyak hadiah! Senangnya hati ini...

April
Gue terkejut saat sadar tidak ada postingan di bulan April. Jujur gue akui, tahun ini terjadi sedikit penurunan postingan yang disebabkan intensitas pengetikan dan penggunaan internet yang terbatas. Yang ada gue hanya harus berburu banyak wifi gratisan dimana-mana. Tapi, bulan April itu ada fashion show gais.. Gue pakai kebaya dan kembang goyang di kepala.. *eaa...

Mei
Peringatan setahun kepergian oma gue tercintah.. Ada juga penampilan pertama gue di CrewID batch 1 gais!

Juni
Ada festival Cisadane gais. Rame kayak pasar malem. Perpisahan juga sama anak-anak didik gue di tahun pertama. Sedih sih, tapi bahagia karena mereka dapat tumbuh dengan lebih baik.

Juli
Beberapa kisah tentang kelulusan anak-anak didik gue, Serta, postingan tentang perjalanan awal tahun PBjourney ke Untung Jawa. Setelah itu kita harus puasa jalan-jalan lama banget.

Agustus
Di bulan ini banyak postingan campur-campur, dari yang jalan-jalan ke Pulau Pramuka bareng BCL, lalu acara 17 agustusan di Gereja, sampai jalan-jalan ke Taman Mini bareng anak Komsos. Tapi keceriaan semua itu harus gue tahan karena dibulan ini, gue menghadapi si SIDANG SKRIPSI yang penuh dramatisir...

September
Gue rindu hujan, tapi gue terkapar sedih setelah tepar parah sehabis sidang skripsi. :(

Oktober
Gue LULUS cuy!! Acara wisuda gue dilaksanakan di bulan ini gais. Senangnya, sekarang punya gelar S.S (super sambal), #eh.

November
Beberapa postingan menyebalkan gue tentang lampu sein dan klakson. Hehehe...

Desember
NATAL gais!! Sayang, nggak ada salju. Hujan pun terkadang... Gue juga jalan-jalan, pelepas dahaga saat harus puasa jalan-jalan gara-gara udah jalan-jalan duluan akhir tahun.

Sebenarnya, tidak ada yang terlalu WAH jika dibandingkan dengan mereka yang berhasil mencapai ini itu, tapi gue tetap bangga karena semuanya gue raih dengan usaha gue sendiri. Nah, saatnya melupakan masa lalu, melangkah maju kedepan.

Kira-kira akan ada apa ya di tahun depan? Lebih menantang kayaknya. :D

29 Desember 2015

Cinta adalah Racun

Mencintaimu adalah racun. Membencimu adalah obat penawar atas segala rasa sakitku.
Post!

25 Desember 2015

Happy Christmas


We wish you a very Merry Christmas. Wish this Christmas brings you a joy, happiness and full of hope.

Let's wish for the next Year. To be better and reach all of things we needs! GOD BLESS...
Cherioo... Luiza Cha...

22 Desember 2015

Mother...

Disclaimer
Dalam rangka menyambut hari Ibu yang berjarak tidak jauh dengan hari ulang tahun nyokap gue, akhirnya gue memilih memposting cerpen lama yang sempat gue pendam beberapa tahun. Satu kalimat yang sederhana, "Sudah makan belum?", gue pastikan akan kalian rindukan kelak.
Happy Reading...

2 Desember 2015

Tulis Tulis...

@disneywords: The only way to fix a friendship is to try. –Pooh

...

Maunya sih, ini maunya ya... maunya sih gue baikan sama beberapa orang ini. Orang-orang yang pernah jadi bagian dari dalam hidup gue dan mereka beranjak begitu saja sementara gue agak belom rela gitu. Sampai waktu akhirnya membuat gue bosan dengan menunggu.

Satu.
Soulmate gue.
Bukan berarti lawan jenis ya. Jadi dulu itu gue deket banget sama seorang sahabat yang pernah tergabung dalam 3eLs. Salah satu dari mereka itu beranjak meninggalkan gue saat baru menjajaki dunia sosial yang lebih luas. Awalnya gue mau membantu dia karena dulu, gue lebih bawel ketimbang dia. Tapi, doi menolak beberapa kali bantuan dan gue berpikir untuk membiarkan doi untuk mengembangkan sayapnya disana. Sampai, kebablasan hingga gue lupa apa arti sebuah "soulmate" antara gue dan dia dulu. Mungkin, ngga jarang yang ngga tahu kedekatan gue dulu. Tapi itu dulu. Sekarang? Lo Gue.. ya udah, gitu aja.

Dua.
Seseorang yang dijuluki SUHU.
Doi pinter. Ahli oprek komputer katanya. Tapi indra kepekaannya ketutupan daging kalinya. Kode keras gue ngga pernah nemplok ke kepala dia biar sadar gitu.
Dulu (lagi), gue itu langganan ikut misa ibadat pagi bareng doi. Janjian di tempat yang sudah biasa (sekarang udah berubah aslinya), terus menjalani ritual tersebut berbulan-bulan. Dulu tuh, misa paling pagi ibarat vitamin. Selain dapet berkat Tuhan, gue juga dapet suntikan semangat dari doi. Begitu selesai, kayaknya harus nunggu 6 hari kedepan itu beratnya setengah ampun. Sampai satu kejadian, entah gue yang salah atau sebaliknya, semua berubah 180%. Seakan kita ngga pernah kenal sebelumnya.
Bodohnya, saat gue bikin postingan ini, gue baru saja dilanda rindu akut akan doi. Betewe, itu udah sekitar 5 taon yang lalu loh.. Setia ngga tuh..

Abis.

Nah, gue mau banget baikan sama mereka. Entah pakai berantem, maki-makian satu sama lain dulu kek. Entah pakai acara ketemua lagi, langsung jalan tanpa inget masa lalu lah. Entahlah. Semua sesuatu yang sulit. Sulit dimengerti, sulit dikembalikan.

Satu hal yang gue inget. Manusia dan perasaan memang akan berubah, tapi ngga akan bisa merubah fakta bahwa mereka pernah jadi salah satu puzzle berarti dalam gambaran besar dalam hidup gue. Itu.

27 November 2015

Senandung Angin...

Emi masuk ke ruang musik dan menemukan Rian tengah bermain piano ditengah ruangan. Ia langsung berlari dan merangkul Rian dari belakang.
“Rian... Kamu sedang apa?” seru gadis berambut ikal itu terdengar senang.
“Apa kamu tidak lihat? Aku sedang bermain bola bekel,” sahut Rian meledek. Lelaki itu tidak melepaskan tangannya dari atas tuts piano.
Emi tertawa. “Masa kamu main bola bekel? Hahaha...” Ia melepaskan rangkulannya kemudian duduk manis disebelah Rian. “Aku punya kabar baik untukmu.”
Rian, lelaki bertubuh jangkung dan berparas oriental itu pun segera menghentikkan kegiatannya. Laki-laki itu segera menyigapkan diri dan menatap Emi. Ia memperhatikan Emi serta siap mendengar kabar baik dari kekasihnya.
“Apa itu, sayang?” tanya Rian.
“Aku mengajukan diri untuk ikut kompetisi violinst se-Indonesia pada pihak kampus.” ucap Emi memulai.
“Lalu?”
“Lalu...” Emi terdiam seraya memasang wajah  pura-pura sedih. “Aku... Diterima!!”
Seruan Emi segera disambut senyum bahagia Rian yang langsung memeluknya. Emi dan Rian sama-sama pecinta musik. Emi lebih senang bermain biola sedangkan Rian senang menarikkan jemarinya pada tuts piano.
“Syukurlah, honey...” ujar Rian. “Semoga kamu berhasil dan kita bisa duet bareng dalam satu panggung.”
“AMIN!” seru Emi lagi berbangga hati.

19 November 2015

Mengundang Rindu

Hujan.. Kadang identik dengan butiran rindu yang turun bersamanya.
Aromanya terbawa angin saat menembus tanah gersang tak terurus.
Membalut rindu disela hembusannya.
Menebar luka yang masih menganga.

Malam.. Kadang identik dengan romantika sang bintang.
Sebuah kedipan mata hitam bulay, bak bola pingpong.
Menyuntikan rindu disela-sela tidurnya.
Menyelimuti hati yang terluka.

Rindu.. Kadang identik dengan sebuah kisah perpisahan yang menghantarkan kembang-kembang rindu ke sana. Membuat ia melayang dimabuk rindu.

Mungkin, sebuah kisah masih belum bisa terjadi meskipun hanya sejumput rindu. Namun, walau hanya berpaku pada sang rindu, sosoknya tak akan pernah terganti. Apapun yang terjadi.

Akhirnya, biarlah rindu ini melebur bersama derasnya hujan, pekatnya malam serta serbuan rindu di dalam hati.

14 November 2015

Din.. Din... Klakson

Tau nggak sih, sejak jadi pengendara mator selama dua tahun terakhir, gue mulai memiliki alergi tersendiri untuk beberapa hal saat berkendara. Contohnya cerita tentang lampu sein tempo hari. Rasanya kepengen banget buat para pengendara lain, termasuk gue untuk mampu mengingat untuk mematikan lampu sein setelah digunakan. Gue beberapa kali ditegor orang-orang saat tidak memberikan lampu sein sebelum berbelok. Sayangnya, gue takut lupa dan malas untuk menyalakan lagi.

Kali ini, gue merasa ada keganjilan akan tingkah gue dengan klakson. Contoh paling jelas misalnya saat di lampu merah, gue tanpa saar pasti menekan klakson pertanda sudah lampu hijau. Awalnya karena ikut-ikutan, sekarang jadi kebiasaan. Bahkan saat gue berhenti paling depan pun gue kasih klakson. Kan aneh!
pinjam
Tapi yang paling aneh lagi, saat seseorang pengendara motor yang dibelakan motor gue membunyikan klakson berkali-kali meminta gue dan pengendara di depan gue untuk segera beranjak dari tempat kami berhenti sejenak. Yang buat gue kesal adalah pengendara itu nggak sadar kalau gue juga stak, nggak jalan. Bukan berarti nggak ngasih jalan. Huh!

Ada lagi, tentang pengendara yang suara klaksonnya udah kayak radio kusut, tapi terus-terusan bunyiin klakson. Sementara, jalanan di sisi kanan gue lega dan dia bisa nyalip sesuka hati dia. Sudah klakson tanpa henti, tapi nggak nyalip-nyalip.

Ada lagi juga, tentang klakson mobil tronton yang tiba-tiba mengagetkan gue. Anehnya, gue nggak tersinggung. Justru tertawa karena sempat-sempatnya kaget, meski lagi macet-macetnya jalanan. Kadang, gue merasa beruntung pada mereka yang suka klakson sesuka hati karena mengingatkan gue agar lebih berhati-hati saat berkendara. Tapi terkadang, hal sebaliknya itu yang nggak gue suka. Hufft..

7 November 2015

Cup Cup Anakku...

Sekian tahun menjalani profesi jadi seorang guru, terkadang membuat gue tergelitik dengan sendirinya akan tingkah lugu, polos dan konyol dari masing-masing anak. Contohnya, ada anak yang sengaja nangis tiap pagi, sampai bikin gue kalang kabut takut-takut dia kenapa-kenapa atau merasa ada masalah sama gue.
source

27 Oktober 2015

MTA Special Chapter ~ Abstrak

Sudah baca MTA Chapter 1-3 tentang nasib para mahasiswa tingkat akhir yang harus ngadepin sesuatu yang manis bernama skripsweet. Atau lanjutannya di Chapter 4  yang berkisahkan akan sidang skripsi gue yang berjalan dramatis. Dan pastinya nggak boleh ketinggalan Chapter 5 tentang seru dan bangga-nya kami para mahasiswa yang baru lulus setelah berjuang selama 4 tahun? Kalau belum, boleh di buka link-nya ya...

Field Trip to Kidzania

Field Trip tahun ini diputuskan untuk pergi ke Kidzania. Sebenarnya, gue sudah pernah denger Kidzania itu apa, yaa... semacam wahana permainan gitu. Eh, ternyata ... Kidzania itu adalah wahana permainan yang membiarkan anak-anak menjadi apa yang mereka mau kelak. *pekerjaan maksudnya*
tuh.. foto model...

25 Oktober 2015

My Dream Room...

Pernah nggak sih mempunyai keinginan untuk mendesain kamar sendiri? Misalnya, mengatur bentuk tempat tidur sendiri, mengatur warna kamar sendiri, mengatur letak lemari dan tetek bengek yang kita pengen ada di kamar sendiri?

22 Oktober 2015

MTA Chapter 5 ~ Inaguration Day

Setelah mengalami sidang yang cukup dramatis, akhirnya gue berhasil lulus dengan grade yang cukup memuaskan. Cukup terbayar segala kesulitan yang sudah gue rasain sebelumnya. Eits, jangan dipikir setelah sidang kelar, dapat hasil kelulusan, tugas gue sudah kelar. Justru revisian setelah sidang itu yang masih menantang.

17 Oktober 2015

Kisah Pohon Jambu

Dulu, gue punya pohon jambu, jenis jambu putih yang dagingnya agak tebal, tidak terlalu banyak kapas serta manis rasanya. Awalnya, itu pohon kecil seuprit setelah di cangkok dari inangnya. Ditanam di dalam pot besar dan di taruh di depan rumah.

Saat berbuah pertama kali, hebohnya setengah mati. Segala macam usaha dilakukan agar buahnya benar-benar manis dan enak. Saat berbuah kedua dan ketiga kali, buahnya agak busuk. Konon katanya, saat pertama kali berbuah, ada yang makan buah jambu gue pakai bumbu rujak yang pakai terasi. Jadinya busuk deh.

Semakin hari, pohon jambu di dalam pot semakin besar dan akhirnya di pindah untuk di tanam langsung di dalam tanah. Seiring berjalannya waktu, pohon semakin besar dan rimbun. Rumah gue pun semakin adem dengan adanya pohon jambu tersebut. Ditambah lagi, gue suka manjat di pembatas rumah gue yang dekat dengan dahan pohon jambu. Nggak jarang juga, gue manjat itu pohon demi dapetin buah jambu yang besar dan biasanya numbuh di tempat paling tinggi.

Kini, pohon jambu putih kesayangan gue itu hanya tinggal sebagai kenangan belaka. Dua tahun belakangan, gue sudah tidak lagi menikmati nikmat manisnya buah jambu serta adem rimbunnya pohon jambu saat gue duduk di bawah rindang dedaunannya.

Begitu juga dengan seluruh kenangan gue akan tempat dimana pohon jambu itu tumbuh. Segala kenangan sejak masih nggak ngerti apa-apa hingga bisa menghasilkan pundi-pundi. Dari yang belum ngerti yang namanya cinta-cintaan sampai baper-baperan kayak sekarang.

Orang-orang bilang, sebuah tempat yang kita sayangi bisa jadi tempat perpisahan yang paling menyedihkan dan seiring berjalannya waktu akan berubah menjadi sebuah kenangan yang suatu hari hanya bisa gue ceritakan sambil tertawa dan menitikan air mata beserta sebuah kata yang selalu mengundang rindu. Yakni.... KANGEN.

5 Oktober 2015

CrewID: LearningForum1 ~ Personal Branding

Beberapa bulan lalu, gue ikutan program ITO (Indonesian Talent Outlook) yang di prakarsai oleh Nutrifood dan di hadiri oleh beberapa orang penting dari berbagai perusahaan kenamaan termasuk Nutrifood itu tersendiri.

Seusai ITO, ternyata mereka mengadakan pemilihan CrewID yang dilemparkan kembali kepada para peserta program ITO yang lalu. Dengan mengandalkan nama kampus gue yang masih belum terkenal, akhirnya gue terpilih sebagai perwakilan kampus yang kampusnya sendiri nggak tahu kalau gue mewaliki mereka sebagai salah satu anggota CrewID Batch 1.

28 September 2015

Rindu Hujan

Waktu tahun 2012, gue ada buat banyak postingan tentang si hujan. Saat itu gue sangat mencintai hujan. Bahkan tiap saat hujan, gue pasti buat satu postingan. Hujan itu seperti pemberi inspirasi alami tanpa harus kita gali dengan sendirinya. Bahkan peneliti pun menyatakan bahwa saat hujan turun, ada gelombang-gelombang lain yang ikut turun dan mempengaruhi jiwa dan pikiran manusia. Jadi, jangan heran kalau gara-gara hujan, banyak orang galau nggak jelas.

Ditahun berikutnya, postingan gue tentang hujan sangatlah berbeda 180 derajat selsius. *nah loh*.
Kecintaan gue yang besar pada hujan tampaknya membuat sang hujan ke ge-eran, sehingga di tahun 2013, banyak hujan terjadi namun melebihi dari apa yang gue pikirkan. Hujan banyak, banjir juga banyak. Apalagi saat itu gue statusnya masih kuliah, ditambah tiap sore harus hujan. Saking kesalnya, gue meminta hujan untuk berhenti saat itu juga.

13 September 2015

Anak Kecil

Biar anak-anak datang kepadaku... Itu sabda Yesus, Dia memanggiku...

Huffttt.. Ternyata gue baru sadar kalau sekarang sudah tidak lagi muda. Namun, gue paling suka sama anak kecil. Mereka terlalu imut untuk tidak di sayang, terlalu mubazir untuk tidak di godain, terlalu sayang untuk tidak memeluk mereka. Maklum, bawaan kerjaan yang jadi kebiasaan.

Anak-anak pada umumnya, merupakan masa-masa paling menyenangkan menurut gue. Setelahnya barulah masa remaja yang penuh kenangan. Jujur saja, siapa yang bisa mengingat dengan jelas kehidupan masa kecilnya secara terperinci? Gue juga sebenarnya nggak begitu ingat akan masa kecil gue. Hanya kenangan tertentu saja yang memorable berhasil gue ingat. Itu pun tidak banyak. Saking banyaknya kenangan yang tercipta, semakin sulit juga yang bisa diingat. Tapi itulah yang menyenangkan dari anak-anak.

Gue hidup untuk hari ini. Susah, senang, sedih, bahagia, terjadi hanya untuk hari itu saja. Besok? Beda lagi ceritanya. Hari ini diomelin ibu guru, ortu yang marah-marah atau senang mendapat rejeki nomplok entah dari mana, semuanya hanya bisa disimpan disalah satu sudut ingatan. Hanya bisa tersimpan rapi tanpa perlu dibuka lagi.

Begitu juga dengan persahabatan. Anak-anak murid gue disekolah contohnya. Mereka berantem, rebutan, nangis, pukul-pukulan, setelah itu? Selesai sudah. Setengah jam kemudian, mereka bersahabat lagi. Juga, mereka bersenang-senang, bergembira, besoknya sedih lagi, ya sudah. Berhenti sampai disitu. Mereka kembali berteman. Nggak peduli apa yang pernah terjadi sebelumnya.

Gue juga maunya begitu. Sayang, semakin gue besar dan dewasa, jiwa manusiawi gue sedikit demi sedikit mengelotoki jiwa polos anak lugu masa kecil itu. Selain itu, pengertian gue juga semakin dewasa. Bahkan, sekarang pun gue sudah bisa ngomong "sepuluh tahun yang lalu" atau "lima tahun yang lalu", dan nggak kebayang kalau ternyata sudah banyak waktu yang terlewati.

Gue maunya tetap seperti anak kecil yang meskipun kami bertengkar hebat, hingga nangis sekalipun, tetap masih ada ruang dimana kami bisa berbaikan, tertawa bersama serta menangisi kebodohan masing-masing atas waktu-waktu yang sudah terlewat.

Ah... andai saja...

12 September 2015

Waktu Berharga

Saat mau tulis postingan ini, gue tiba-tiba teringat akan film dari Negeri Sakura yang bertemakan time travel. Atau, tentang Doraemon yang bisa mengeluarkan mesin waktu dan membawa ke jaman dan waktu yang kita inginkan.

Kalau memang ada beneran, gue kepengen banget buat balik lagi ke beberapa minggu sebelum sidang skripsi tiba. Maksudnya, ke waktu-waktu gue masih sehat walafiat. Tentunya, gue bakalan jaga kesehatan gue sebaik mungkin dan nggak bakalan tumbang seperti tempo hari. Sayangnya, itu nggak bisa.

Andai,.. Cuma seandainya, mungkin gue akan lebih siap lagi dalam menghadapi sidang skripsi. Atawa, nggak ada tuh cerita air mata bercucuran seusai sidang. Or, something else tentang gue yang mungkin lebih fight lagi dalam hal memperjuangkan skripsi gue.

Tapi... jikalau gue berhasil merubah keadaan, apa yang akan terjadi? Mungkin, sidang skripsi kemarin akan gue sepelekan karena sudah tahu cela-celanya. Mungkin juga, gue nggak akan menangisi perjuangan gue di cecar habis-habisan dengan pertanyaan yang sebenarnya mudah namun bikin gue gemetar setengah mampus. Mungkin lagi, gue ngga akan menghargai apa itu perjuangan demi mendapatkan sebuah baju toga dan plakatnya.

Yah, walaupun gue harus terbaring diranjang rumah sakit untuk beberapa waktu, tapi semua memang waktu yang berharga. Gue jadi lebih bisa menghargai waktu-waktu gue sehat dan lebih memikirkan kesehatan diri. Tapi, gue juga tetap bisa menghargai perjuangan yang harus gue lalui demi cita-cita. 

Yah lagi... Ngga ada waktu yang sia-sia kalau dijalani dengan sepenuh hati. Semua waktu berharga, ngga ada yang sia-sia.

Mungkin sulit untuk memutar waktu, tapi lebih sulit lagi jikalau tidak menghargai waktu. So, nikmati waktumu -Cha...

7 September 2015

MTA Chapter 4 ~ The Defense

D-day!

Sebulan lebih setelah pengumpulan skripsi, anak-anak mahasiswa tingkat akhir masih harus menunggu keluarnya jadwal sidang. Berhubung fakultas gue itu punya jatah sidang paling akhir, jadinya gue dan kawan-kawan baru di kabarin di akhir-akhir bulan. Jadilah, 5 hari sebelum sidang dihadapi, gue dan kawan menerima telepon dari kampus mengenai kostum, persiapan yang harus dibawa dan gimana-gimana sisanya.

2 September 2015

Tidak Berdaya

Masih inget kalau gue pernah minta maaf di salah satu postingan karena absennya gue di beberapa bulan terakhir. Secara pribadi, gue pun merasa sedikit miris jikalau melihat trackrecord dari jumlah tulisan yang ada di blog ini.

Blog ini pernah dalam masa ke'jaya'an nya saat gue rajin banget posting dan dalam setahun gue berhasil menerbitkan kurang lebih 150 tulisan. Hal itu diikuti di tahun berikutnya walau sedikit agak berkurang. Sementara itu, gue melihat di record tahun 2015, sampai bulan September ini baru ada sekitar puluhan tulisan yang berhasil gue ciptakan. Kalau distatistik, ini namanya penurunan kualitas dan kuantitas tulisan. Mudah-mudahan tidak seperti itu ya.

22 Agustus 2015

#BCLstories ~ Pramuka Island

Perjalanan kami ke Pulau Pramuka berjalan cukup seru. Awalnya. Sebelum kami memutuskan untuk menggunakan jasa guide yang memandu kami snorkeling di sore hari. Ceritanya, setelah kami lelah ngambang di permukaan air, gue dan tim bercakap-cakap dengan Pak Wawan -guide yang memandu kami tadi- tentang makan malam yang bertemakan bakar-bakaran. Maksudnya bakar-bakar ikan gitu.

20 Agustus 2015

Photograph

Ceritanya, gue dan tim Perpustakaan Putera Budaya, memiliki kesempatan untuk kumpul bareng dan jalan-jalan asik bareng tim Komsos yang memang satu kesatuan dari Perpustakaan itu sendiri. Jadi, pas bulan Juli kemaren, gue dan tim di ajak menuju ke suatu tempat yang sudah tidak asing lagi bagi kita. TMII alias Taman Mini Indonesia Indah. Miniatur-miniatur asli Indonesia ada disana.

17 Agustus 2015

Merdeka dalam Kristus

Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan,  anak-anak sekolah minggu HSPMTB juga ikutan merayakan hari raya kemerdekaan dengan mengikuti berbagai lomba yang sudah di persiapkan kakak-kakak sekolah minggu. Kali ini temanya "Merdeka dalam Kristus".

11 Agustus 2015

#BCLstories ~ First Journey

Setelah berpuluh-puluh kali merencanakan dan gagal, akhirnya kita ber-tiga bisa juga jalan bareng. Eits, bukan berarti kita kagak pernah jalan bareng. Bedanya, kali ini kita jalan-jalan bareng ke tempat yang lumayan jauh. Agak jauh dari padat dan hiruk pikuknya kota Tangerang.

3 Agustus 2015

MTA Chapter 1-3 ~ Skripsweet

Pertama-tama, gue perkenalkan subtema baru dari blog ini. MTA! Kalau dilihat dari sub-judulnya, bisa nebak nggak? Nggak bisa? Yowes, nih dikasih klu nya.. Klu pertama, Mahasiswa, klu kedua Tingkat, klu ketiga Akhir. #lha.

Iya, iya. MTA itu artinya Mahasiswa Tingkat Akhir. Siapa yang sudah pernah merasakan atawa lagi merasakan atawa baru mau akan merasakan. Pesan singkat gue adalah.... Jangan menyeraaaa~~h, jangan menyeraaa~~hh, jangan menyeraaaa~~h, #dmasiv mode on!

30 Juli 2015

Untung Jawa Trip Day2: Hello Underwater!

Pagiiii... Hari ke 2 di Pulau Untung Jawa.

ohayoooo!!
Pagi hari, begitu melek mata, ngumpulin nyawa, kami langsung menuju ke tempat main air yang kemarin sore. Kita mau snorkeling gais!! Setelah mendengar instruksi singkat, kami mengambil sepatu snorkeling, alat snorkeling, dan pelampung. Nggak lupa pinjam kamera underwater nya yaa...

22 Juli 2015

Untung Jawa Trip Day1: Unexpected Journey!

Dipostingan sebelumnya, cerita gue berhenti pada saat teman gue tiba-tiba menelepon dengan nada terburu-buru dan seperti ketakutan. Kita berempat yang jalan-jalan ke jalan setapak buru-buru balik ke jalan konblok utama yang kami susuri sebelumnya.

Berdasarkan keterangan dua teman kami, ternyata mereka melihat biawak melintas dengan santainya bak pragawati di depan mereka. Tanpa merasa terganggu atau pun terusik dengan kehadiran dua teman kami tersebut. Satu biawak lewat, diikuti biawak berikutnya. Ternyata kawanan biawak itu yang ditakuti mereka.

Gue berempat yang cuma mendengar cerita pun tiba-tiba merasa merinding. Sisa jalan setapak yang harus kami jalani pun ditapaki dengan penuh hati-hati. Dari yang mengendap-endap, berjalan cepat hingga akhirnya lari terbirit-birit saat seekor biawak tampak terbang (kayaknya sih lompat dari atas pohon) dan jatuh di tanah yang penuh dengan sampah. Niatan sempat mau foto cuma rasa takut keburu menang melawan keinginan gue tadi.

18 Juli 2015

Untung Jawa Trip Day1: Sebrangi Pulau.

Horeeee!! Gue senang karena bakalan ada perjalanan lagi!!! Masih ingat akan postingan gue pas bulan februari tentang perjalanan gue dan tim ke Semarang? Tahun ini pastinya mau dong jalan-jalan lagi! Yeay!!
siap berangkat gan!

15 Juli 2015

Kotak Hati


“Pak, tolong bantu angkat kotak yang ditengah sana,” pinta Feli pada Pak Budi, pria paruh baya yang bekerja sebagai supir dirumahnya.
Feli menunjuk pada arah tumpukkan kotak berwarna coklat ditengah kamarnya. Kotak-kotak berwarna coklat bertumpukkan satu sama lain secara acak. Ia baru saja selesai mengepak seluruh barang-barang yang akan dibawa menuju kos-an barunya.
“Tinggal ini saja? Masih ada lagi tidak?” tanya Pak Budi memastikan.
Feli terdiam berusaha mengingat-ingat. Kakinya segera melangkah menuju lemari dan menengok sisa-sisa pakaian serta barang-barang yang sengaja ditinggalnya di dalam lemari.
Tiba-tiba perhatiannya tertuju pada sebuah kotak yang tak asing lagi bagi Feli. Sebuah kotak berbentuk hati yang tergeletak dirak paling atas dan berada pada posisi paling ujung lemari.
Feli masih bisa mengenali warna merah pada sisi luar kotak yang kini telah memudar. Kotak pun diraih. Debu-debu tipis serta sebuah kertas menempel diatasnya. Ditiupnya debu-debu yang menutupi tutup kotak kemudian nampak sebuah tulisan tangan miliknya.
“Kotak hati,” gumam Feli kecil.
Perlahan dibukanya ‘Kotak Hati’ dan ingatannya langsung kembali pada dua tahun sebelumnya.
***
“Siap, bubarkan!!” teriak pemimpin upacara.
Feli menghela nafas lega saat pemimpin upacara menerima perintah terakhir dari komandan upacara untuk dibubarkan. Menghabiskan empat puluh lima menit ditengah lapangan serta dibawah terik sinar matahari sudah cukup membuat keringatnya bercucuran.
Tak lama, para siswa segera berhamburan meninggalkan lapangan. Bersama teman-teman barunya Feli pun ikut pergi.
“Feli!” panggil seseorang terdengar dikejauhan.
Langkahnya terhenti berusaha mencari sumber suara. Halaman sekolah masih tampak ramai. Beberapa siswa masih memilih tinggal disisi halaman sementara sisanya kembali ke kelas dengan menyusuri koridor-koridor gedung.
Matanya langsung tertuju pada sosok pemuda berseragamkan putih dan celana panjang abu-abu. Feli segera dapat mengenali sosoknya kemudian senyum kecil tersimpul dibibir.
“Kak Angga!” seru Feli seraya berlari menghampiri pemuda yang dipanggilnya Angga.
“Bagaimana hari pertamamu?” tanya Angga
“Lumayan, Kak! Kakak sendiri bagaimana?” jawab Feli dengan sikap manja.
Angga tersenyum lembut pada Feli. Terlihat jelas rasa sayang yang dipancarkan lewat kedua matanya pada gadis yang berdiri dihadapannya.
“Baguslah,” ucapnya seraya mengacak-acak rambut Feli. “Ini bukan hari pertamaku, jadi menurutku biasa saja.”
“Ah, kakak ini!” elak Feli. Gadis itu segera menepis jauh-jauh tangan Angga yang berada dikepalanya. “Aku sudah SMA. Sudah besar, jadi kakak jangan bersikap seperti ini, ya, di depan teman-temanku.”
Angga tertegun sesaat kemudian tersenyum kecil. Senyum yang dipaksakan. “Oh, ya. Kamu sudah besar,” sahutnya.
“Sudah, ya. Aku mau ke kelas dulu.”
Angga mengangguk seraya menatap sosok Feli menjauh. Secara tidak kasat mata, ia melihat tembok diantara dirinya dan Feli. Hatinya perlahan terasa perih. Perlahan namun pasti, ia pasti akan kehilangan Feli. Gadis yang mulai tumbuh dewasa dan menjauh dari kehidupannya.
***
Buah-buah mangga yang hampir masak seakan memanggil untuk dipetik. Angga pun segera memanjat pohon mangga yang tertanam dihalaman rumahnya kemudian memetik salah satu diantaranya.
“Huaaa... Mama...”
Angga tengah asik memakan buah mangga langsung diatas pohon. Perhatiannya segera teralih pada suara tangisan yang didengarnya. Terasa tak jauh. Angga kecil pun celingak-celinguk mencari sumber suara dan menemukan seorang gadis kecil tengah menangis di depan pintu rumahnya.
Ia tak melihat ada orang yang membukakan pintu untuk gadis tadi. Tanpa basa-basi lagi, Angga melompat dari pohon kemudian menghampirinya.
“Kamu kenapa?” tanya Angga heran.
Gadis itu hanya menatapnya dengan mata penuh air mata kemudian melanjutkan tangisannya kembali. Angga pun bingung. Ia mengintip ke dalam rumah  lewat jendela dan tak menemukan siapapun di dalamnya. Hanya perabotan rumah dan sebuah lampu yang menyala di tengah ruangan.
“Kemana Mama-mu?” tanya Angga lagi.
Tangisan gadis tadi terdengar makin keras. “Mamaaaaa...”
Angga bingung. Ia ingin menolong gadis tadi namun tidak tahu harus melakukan apa. Dilihatnya mangga yang digenggamnya sedari tadi. Dengan polosnya, Angga menyodorkan mangga ditangannya pada gadis tadi.
“Ini buat kamu,” ujar Angga.
Tangisan anak tadi sekejap terhenti. Diraihnya mangga dari Angga, “Terima kasih.”
Angga pun terduduk disebelah anak tadi. “Aku Angga, kamu siapa?”
“Aku Feli.” jawab gadis itu disela-sela tangisnya. “Mamaku pergi, aku ditinggal sendirian.”
“Pergi kemana?” tanya Angga lagi.
“Aku tadi main di depan. Mama sudah melarang tapi aku tetap ingin main. Aku ingin mengambil mangga itu...” ujar Feli kecil seraya menunjuk pohon mangga milik Angga.
“Oh, kamu mau mangga ini. Mau ku ambilkan?”
Dengan penuh bersemangat, Angga segera berdiri bermaksud mengambil mangga.
“Jangan pergi...” pinta Feli.
Feli meraih celana pendek Angga dan menghentikan langkahnya.
Angga menatap mata sedih Feli dengan iba. Ia pun memutuskan untuk kembali duduk di sebelah Feli.
“Ya, aku tidak akan pergi. Kamu tenang saja, ya...”
***
“Kak Angga!!” teriak Feli dari kejauhan.
Suara Feli menggema diantara tembok-tembok koridor gedung sekolah. Diikuti pandangan heran para siswa yang tengah berdiri disisi koridor sembari mengobrol atau sekedar kumpul. Gadis itu berlari menghampiri Angga yang langsung menoleh padanya. Ia memandang Angga penuh rasa sayang layaknya seorang adik.
“Ada apa?” tanya Angga. “Bukannya kamu bilang untuk tidak dekat-dekat denganmu selama di sekolah?”
Feli pun langsung cemberut. “Kok begitu sih? Aku kan mau cerita.”
Tawa renyah Angga segera menyambar sesaat kemudian. Ia tahu kakaknya tidak mungkin marah padanya karena hal kecil. Senyumnya pun kembali terkembang.
“Aku punya berita bagus!” ucap Feli bersemangat. Hatinya berdebar begitu kencang seperti orang yang akan menyatakan cinta. “Aku jadian sama Robi. Hebat, kan!”
Senyum Angga sekejap menghilang. “Kenapa Robi? Tidak, kamu tidak boleh jadian dengan Robi!”
Darr!
Seperti mendengar suara petir ditengah siang bolong, hati Feli sekejap sakit. Ia tak menyangka akan menerima balasan yang tidak diinginkan keluar dari mulut Angga, seseorang yang sangat berarti baginya.
“Kenapa, Kak?” tanya Feli lirih.
“Ia tidak baik, Feli. Playboy kelas kakap!”
“Kakak!” bentak Feli kesal. “Berhenti bersikap protektif padaku!”
Suara Feli terdengar seantero koridor hingga siswa lain menatap mereka penuh tanya. Ia tahu Angga sangat menyayangi dan melindunginya seperti adik sendiri, namun kini dirinya telah dewasa. Sudah SMA!
“Feli, ini bukan sekedar protektif...” jelas Angga.
“Sudahlah, Kak!” sergah Feli. “Aku pergi dulu!”
Kata-kata Feli seakan terdengar seperti ucapan perpisahan bagi Angga. Ia menatap punggung Feli yang bergerak menjauh. Pikiran serta tindakkannya tidak cukup cepat untuk menghentikan. Pemuda itu menyadari akan kesalahan ucapannya pada Feli. Gadis itu pasti membencinya. Pasti!
***
“Robi... Kamu kemana, sih?”
Feli mengeluh sepanjang hari saat Robi tak kunjung dapat dihubungi. Sudah seminggu lebih Robi menghilang tanpa kabar. Tak terlihat di sekolah dan sulit dihubungi.
Ia melenggang menyusuri koridor sekolah melewati ruang kelas Robi. Rasa penasaran mendorongnya untuk mengecek ke dalam kelas Robi. Tak ada. Hanya ada sekumpulan siswa dipojok ruangan serta kumpulan para siswi yang bergosip ditengah ruang kelas. Matanya terkaget saat pojok ruangan lainnya.
Robi tengah bercakap mesra bersama dengan seorang siswi yang tak dikenalnya. Tawaan serta candaan yang tercipta seakan menegaskan hubungan keduanya.
“Robi!” panggil Feli menahan kesal.
Robi dan siswi tadi terkejut melihat Feli. Tanpa basa-basi lagi, Feli menghampiri kemudian menampar Robi keras-keras.
“Dasar playboy! Pergi saja kamu ke laut!”
Ia langsung berlari keluar kelas. Hatinya terasa sakit, anehnya bukan rasa sakit karena dikhianati Robi melainkan perasaan kecewa karena pernah menghiraukan perkataan Angga.
“Feli!” teriak Angga terdengar dari kejauhan.
Feli menghentikan langkahnya kemudian membalikkan badan. Ia melihat kakak pelindungnya berdiri seraya menatapnya cemas.
“Kak Angga...”
Feli berlari meraih Angga dan memeluknya.
“Kamu kenapa?” tanya Angga cemas.
Feli menggeleng. “Tidak apa... Aku senang melihat kakak.”
***
Feli menyeruput kopi panas miliknya secara perlahan. Ia menatap Angga yang baru masuk ke dalam cafe dan berjalan menghampiri meja miliknya.
“Kakak darimana?”
Wajahnya sekejap terkejut saat melihat lebam dibibir serta pelipis Angga.
“Kakak kenapa?” tanya Feli.
“Tak apa. Aku hanya memberi pelajaran pada orang yang membuat adikku menangis. Itukan tugas seorang kakak...” jawab Angga lembut.
“Kakak...” sahut Feli lirih.
Angga menarik kursi diseberang meja Feli kemudian menatap gadis itu lekat-lekat.
“Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan ini karena aku melihat kamu bahagia bersama Robi. Namun mengingat kejadian hari ini, aku rasa harus memberitahumu.”
Feli menatap mata Angga yang menatapnya penuh keseriusan.
“Apa, Kak?” tanya Feli penasaran.
“Aku akan pindah ke Bandung meneruskan kuliahku disana.”
***
“Feli,” panggil seseorang membuyarkan lamunannya.
Feli menoleh pada asal suara dan melihat Angga berdiri diambang pintu kamarnya. Setelah dua tahun berlalu, Feli memutuskan menyusul Angga ke Bandung.
“Ah, maaf, Kak.”
“Kamu lagi lihat apa sih?” tanya Angga seraya menghampiri Feli.
Feli mengeluarkan selembar kertas dari dalam kotak dan berisikan foto Angga yang mengenakan baju kelulusannya dari universitas bersama dengan Feli.
“Aku bersyukur memiliki kakak sepertimu, seseorang yang lebih dari seorang kakak.”
“Memangnya apa yang lebih dari seorang kakak?” goda Angga.
“Haha,” tawa Feli. “Bagaimana jika seorang kekasih?” canda Feli.
Angga terdiam. Tak ada balasan dari laki-laki itu.
“Baiklah...” jawab Angga singkat.
Sekejap Feli ingin melonjak kegirangan mendengar jawaban singkat Angga.
“Aku menyayangimu, Feli...” ucap Angga lembut.


11 Juli 2015

Setahun kemudian...

Nggak berasa, benar-benar nggak berasa kalau gue berhasil melewati tahun pertama sebagai seorang guru. Tahun pertama yang penuh dengan kesan menarik sekaligus meluncurkan roket di solar system gue pun melesat dengan cepat.

7 Juli 2015

Berdamai dengan Masa Lalu

Masa lalu~~ biarlah masa lalu~~ #dangdut, tetoet..

Mari kita tinggalkan lagu dangdut diatas. Beberapa waktu belakangan ini, gue (masih) suka banget nonton drama Korea. Ada yang sudah menonton film Kill Me Heal Me?

source

3 Juli 2015

Bintang Malam

Malam ini begitu cerah
Begitu biru dan bersih
Namun tak ku lihat
Bintang setitik pun bersinar
Mungkin sinarnya terhalau akan gemerlapnya lampu jalanan.

Sebuah buku kosong dan bersih
Di mulai dengan kata dari namamu
Namun kini segalanya berubah
Tak ku lihat lagi nama itu di tiap lembarnya
Mungkin karena kilaunya terselubung dengan gemerlapnya kehidupan.

Andai ku dapat memutar kembali lagi waktu
Dapatkah aku merubah kenangan itu
Memastikan kau tak pernah hadir mengisi hariku
Memastikan tiap langkah tak menyebut namamu

Namun apa dayaku?
Kini ku hanya bisa menyebutkan namamu
Menyimpan kenanganmu
Di sudut hati yang terdalam.

Di kegelapan malam
Ku berharap sebuah bintang
Bersinar memberi cahaya meskipun cahayanya redup.

Kekelaman hati ini begitu dalam
Sebuah kata ''cinta'' tak cukup mengobatinya
Namun ku sanggup sendiri
Cukup katakan ''selamat tinggal''
Dengan cara dan waktu
Yang tepat bagi kita.

Kata-kata cinta memang indah

Namun tak seindah kenyataan.

30 Juni 2015

Cerita Mini: Bioskop

Mematut diri di depan cermin, mencari baju yang cocok, tersenyum sejak pagi, aku rasa hanya orang yang hampir gila yang bertingkah seperti itu. Sayangnya, aku pikir bahwa dirikulah orang itu. Sejak semalam aku pun hampir tidak bisa tidur dengan nyenyak. Berkali-kali terbangun dan langsung melirik pada penunjuk waktu. Aku merasa jantungku seperti mendapat sengatan listrik entah dari mana hingga membuatnya berdebar setiap waktu.

Lagi-lagi kulirik jam weker yang ku pasang disamping tempat tidurku. Wah, masih jam delapan pagi, masih ada dua jam sebelum aku bertemu dengan si penyebab keanehan padaku. Dua jam serasa dua tahun, aku menunggu dan si Dia tiba tepat waktu. Suara bel terdengar dan melihat sosoknya dibalik pintu membuat jantungku hampir melompat keluar. Perasaan senang serta salah tingkah bercampur jadi satu. Ah, aku tampak seperti orang bodoh, rutukku dalam hati.

Kami pergi menonton bioskop. Bioskop pertama yang menjadi saksi perjalanan kisah cinta kami. Menonton film, makan di restoran, bermain di pusat permainan hingga tak terasa waktu yang mengingatkanku untuk segera pulang. Langit diluar bangunan sudah berubah kembali menjadi gelap dan si Dia mengantarku pulang dan berpamitan dengan kedua orangtuaku.


Aku tersenyum sambil merasakan debaran jantungku saat membayangkan kenangan kami hari ini.

26 Juni 2015

Pusara Luna...

Disclaimer
Sebelum membaca, disarankan untuk membuka postingan sebelumnya disini. Kumpulan cerpen di tahun 2015 ini dibagikan agar lebih bermanfaat dan lebih banyak yang membaca. Happy reading.

20 Juni 2015

I wanna fall in love...

Disclaimer
Cerpen ini diciptakan dimasa awal-awal jatuh cinta pada kepenulisan cerpen dan novel. Gaya tulis dan diksi yang terbatas,  tidak menjadi penghalang dalam menyampaikan perasaan. Selamat membaca...

19 Juni 2015

First Love

Kenangan Klasik Cinta Pertama
Puisi klasik mengenai cinta pertama
Menceritakan begitu manisnya cinta pertama yang terjadi
Teringatkan akan saat-saat dimana dirimu menyukai dirinya
Setiap saat, setiap waktu dan dimana pun kau berada
Mungkin di dalam pikiranmu hanya ada dirinya.

Begitu indah, begitu manis
Rasanya seperti sebuah gulali yang manis
Menghiasi hari-hari dan waktu yang ada dengan bayangnya
Selalu teringatkan akan setiap hal yang dilakukannya
Setiap hal baik yang pernah dilakukannya untukmu.

Saat kau menyadari akan perasaanmu
Saat itu pula kau akan menyadari akan kesedihan dibaliknya
Namun kau sangat menyadari bahwa ini takdirmu
Bagaimana pun kau berusaha melawannya
Ia akan tetap menjadi cinta pertama.

Hati merasakan hal manis saat cinta pertama menyisakan hal termanis
Kenangan-kenangan yang tercipta tak akan pernah kembali
Namun kenangan akan tetap terukir manis
Walaupun pada akhirnya bahwa segalanya hanyalah kenangan.

Pernah terpikirkan untuk kembali merasakan manisnya cinta
Ingin menyentuh kembali manisnya masa-masa lalu
Menikmati setiap kemanisan yang terasa dan melupakan waktu yang berjalan
Tapi harus menyadari bahwa semua tetap hanya masa lalu.

Cinta pertama tidak selalu memberikan kenangan manis
Saat dirimu begitu ingin mengulang manis rasanya
Saat itu pula akan teringat hal pahit yang membuat dirimu hanya bisa memandangnya
Hal yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata
Namun hati yang bisa menunjukkan.

Cinta pertama kadang terasa menakutkan
Kau tidak ingin merasakan lagi rasanya cinta
Namun cinta pertama tetap terkenang manis dibalik segala ketakutan

Cinta pertama...

9 Juni 2015

Senja

Disclaimer
Sebelum membaca postingan ini, silahkan membuka cerpen sebelumnya. Cerpen ini tidak bersambung namun dibuat dalam rangka mengikuti kompetisi yang sama di waktu yang sama tempo dulu. Happy Reading...

7 Juni 2015

Tamu

Disclaimer
Postingan ini masih satu rangkaian dengan cerpen sebelumnya. Dalam mengikuti seleksi kompetisi tempo dulu dan sekarang dibagikan agar banyak pecintanya. Happy reading...

Ting tong... Ting tong...

Suara bel rumah berbunyi di pagi buta saat hari liburku berlangsung. Dalam hati bertanya mengapa tidak ada yang membuka pintu? Aku cuek dan suara bel terus berbunyi. Siapa sih pagi-pagi sudah bertamu dirumah orang, keluhku. Akhirnya aku bangkit juga dari tempat tidurdan bergegas menuju pintu rumah. Aku menemukan secarik kertas memo diatas meja makan yang ternyata dari mama. Ia menulis pesan bahwa dirinya sedang pergi ke pasar. Pantas saja tidak ada yang membuka pintu, gumamku dalam hati.

Aku segera menghampiri pintu rumah dan membuka handelnya dengan perasaan malas. Begitu terbuka, tampak seorang laki-laki sedang berdiri memunggungi pintu. Laki-laki itu mengenakan kaos oblong berwarna merah dan kedua tangan diselipkan di saku celananya.

“Maaf, mas. Cari siapa?” tanyaku heran.

Laki-laki tersebut tidak menjawab pertanyaanku dan tidak bergerak sedikitpun. Aku pun semakin penasaran saat menyadari sosoknya seperti tidak asing lagi bagiku.

“Maaf, penagih hutang, ya?” ujarku kemudian. Laki-laki tadi tetap tidak menjawab. Rasa emosi mulai menghinggapiku saat melihat laki-laki tadi yang tidak kunjung menjawab pertanyaanku. “Hey mas, kalau ditanya jawab dong. Saya susah payah bangun supaya bisa bukain pintu buat mas tapi malah diam seperti patung begini!”

Gerutuku rupanya bermanfaat juga. Laki-laki tadi mulai bergerak dari tempat ia berdiri dan membalikkan badannya. Begitu wajahnya menatapku, sesaat aku merasakan degup jantungku berhenti tiba-tiba. Rasa shock dan tidak percaya bercampur jadi satu. Laki-laki itu adalah DIA... DIA... Dia yang selalu datang dimimpiku, bahkan beberapa saat lalu aku masih memimpikannya. 

Tapi sekarang, dia ada dihadapanku, didepan mataku! Astaga!

Tanganku menutup mulutku yang reflek menganga menatap Rendi, kakak kelas yang selama ini hanya bisa aku lihat dari jauh karena banyak penggemarnya. Aku menyukainya karena wajahnya yang manis dan prestasinya yang luar biasa disekolah. Dapat ku lihat, Rendi tersenyum melihat aku yang terbelalak kaget saat melihat dirinya berdiri di depan rumahku.

“Kak Rendi...” seruku pelan, sepelan suara angin.

“Hai Andin, apa kamu sudah sarapan? Aku mau mengajakmu sarapan bersama.” balas kak Rendi kembali tersenyum menatapku.

Oh, astaga! Apa yang terjadi hari ini? apa ini tanggal keramat? Keajaiban apa yang terjadi sehingga Kak Rendi yang terkenal dingin itu mengajakku sarapan pagi. Lagi-lagi mulutku menganga menanggapi ajakan Kak Rendi yang tiba-tiba. Buru-buru aku menyadarkan diri lalu menjawab pertanyaan Kak Rendi dengan tergagap.

“Be... Belum kak... Ki... Kita sarapan bersama?”

Senyum Kak Rendi tiba-tiba pecah menjadi tawa mendengar jawabanku. Seketika wajahku berubah menjadi merah seperti udang rebus. Dimana aku harus menyembunyikan malu ini??? pekikku dalam hati.

“Mari Andin, kita sarapan bersama di depan komplek rumahmu. Tadi aku melihat ada penjual nasi uduk disana.” Ajak Kak Rendi lagi. Ia lalu meraih tanganku mengajakku keluar rumah.

Seluruh tubuhku bergetar dan perutku berguncang hebat disertai rasa sakit kepala yang luar biasa. 

Astaga, ada apa lagi ini? Ini saat yang penting, kenapa harus sakit? Oh, ya. Semalam aku kehujanan dan lupa minum obat. Aku menatap Kak Rendi penuh permintaan. Namun lama kelamaan pandanganku kabur dan bisa kurasakan tubuhku terjatuh ke lantai disertai teriakkan Kak Rendi.


Betapa malunya diriku. Pingsan saat sang pujaan hati mengajak sarapan bersama.


3 Juni 2015

Festival Cisadane

Kalau kalian warga asli kota Tangerang, pasti tahu dong acara Festival Cisadane. Acara yang selalu di adakan antara bulan mei-juni ini, biasanya mengikuti perayaan festival 'pecun' atau perahu naga atau hari bacang. Mengingat festival Cisadane ini agak berbau-bau chinese, makanya pak walikota mungkin mensiasatinya dengan mengadakan festival secara global. Itu pendapat gue.

29 Mei 2015

Kisah Semangkok Indomie

Sadar atau tidak, kita pasti punya pendapat yang mirip. Makanan paling enak dan tersedap saat kelaparan sedang melanda adalah indomie kuah. Ditambah lagi cuaca di luar sangat mendukung tersajinya makanan cepat saji tersebut. Hujan, dingin, ditemani semangkok indomie rasa soto yang baru saja matang itu.... hmmm...
pinjem
Gue masih inget. Sebuah kenangan yang sederhana, diikuti kebahagiaan yang sepele namun bermakna, semuanya pernah terjadi hanya kedua hal sederhana di atas yang membuat gue selalu ingin kembali ke masa-masa itu.

Saat itu gue masih duduk di bangku sekolah dasar. Sayangnya gue lupa, apakah saat itu gue lagi madol alias nggak sekolah atau memang lagi liburan sekolah. Intinya, gue pergi liburan ke rumah nenek gue di daerah Jakarta.

Saat itu cuaca masih belum galau-galauan seperti sekarang. Pasti banget. Siang itu. Gue liburan saat musim hujan sedang mengguyur ibukota negara tercinta. Sesaat setelah bangun tidur yang telat, gue mengeliat malas di atas tempat tidur rangka besi dan kasur yang empuk isi kapuk. Kelar di keprakin supaya cepet mandi dan sikat gigi, akhirnya gue menghabiskan waktu dengan menonton tv.

Siang itu. Perut gue keroncongan sementara para juru masak di rumah nenek gue sedang bertarung di luar sana mencari sebongkah berlian. Ortu gue pun sama. Tinggallah gue bersama adik dan nenek gue disana. Pemadam kelaparan semata wayang yang ada di rumah nenek gue hanya ada telur dan beberapa bungkus indomie. Antara telur ceplok sama indomie rebus, tentu saja gue memilih indomie rebus.

Selang beberapa waktu, hujan turun rintik di luar rumah. Gue hanya bisa menatap tetesan air hujan yang turun dari atap membasahi halaman rumah nenek gue. Tak lama, semangkok indomie soto lengkap dengan telur dan saos cap ibu jari yang pedasnya nonjok, gue menikmati hujan siang itu.
Dari balik jendela, di atas meja tua nan kokoh, gue menghabiskan makanan dengan lahap.

"Lapar non," ujar nenek gue bergurau. Gue hanya mengangguk sambil menyeruput sisa kuah indomie yang masih tertinggal di mangkok.

Hari ini. Cuaca cukup terik. Tidak ada lagi hujan di siang bolong. Semangkok indomie beserta beberapa bakso daging, menemani siang terik gue. Sama makanannya. Hanya saja, rasanya sedikit berbeda. Rasa buatan tukang bakso tidak sebanding dengan indomie kuah buatan nenek tercinta. Meski hanya dengan rebusan telur, dimangkuk hijau lebar, didampingi saos cap ibu jari. Rasanya tidak ada yang bisa menggantikan.

Gue merindukannya. Bukan sekedar masakannya. Kearifannya, nasihatnya, segala hal baik darinya. Gue masih belum bisa. Gue masih akan merindukannya. Sembari menyesali waktu yang terbuang tanpa hadirnya.

In memoriam, my lovely grandmother. I miss you... Rest in Peace, gramps.. :)