source |
Sebuah perdamaian dimulai dari diri kita sendiri. Kamu juga. Yang baca postingan ini dan seluruh dunia yang bersama-sama memijakan kaki di bumi yang sama.
Sudah-kah kamu menjadi pembawa damai bagi sekelilingmu?
Bermodalkan sebuah pertanyaan sederhana namun bermakna dalam. Perlu berhari-hari untuk membuktikan kebenaran dari jawaban atas pertanyaan tersebut.
Ini adalah tahun pertamaku ikut serta dalam program BANDUNG LAUTAN DAMAI. Di hari TOLERANSI se-DUNIA tanggal 16 November 2013. Bagaimana kita bisa menyebarkan info perdamaian ke seluruh dunia? Seorang diri, berdiri, membawa spanduk gede-gede? Itu mah, siap-siap saja ditangkap satpol PP dengan tuduhan 'merusak ketentraman masyarakat'.
Nah! Sebenarnya banyak sekali cara-cara yang bisa kita lakukan untuk menciptakan damai itu, loh. Seperti kata-kata pertama gue diatas. Damai itu KAMU! Berawal dari diri sendiri. Tidak egois, tidak membawa aura-aura negatif. Kan jadinya mbah dukun kekurangan pasien dan beralih jadi pedanda atau pastur. Bagus kan tuh!
Setelah berdamai dengan diri sendiri, tentu berdamai dengan orang lain bukan lagi masalah dong.... Pasti itu. Bagaimana caranya? BERTOLERANSI-lah. Khususnya bagi kita yang hidup di lingkungan yang multi etnis, majemuk, jamak, plural, segalanyalah yang lebih dari 1. Kita hidup berdampingan loh, kawan. Dunia ini bukan cuma milik kita sendiri atau punya mereka yang sedang kasmaran dan yang lain ngontrak! Bukan pula tempat untuk menguras segala hal baik untuk disalurkan ke hal sebaliknya. Bukan itu guys!
Ayo! Sudah nggak jaman nih, tawuran antar pelajar atau antar mahasiswa. Sudah nggak jaman juga ribut antar desa hanya karena hal sepele. Lebih baik, makan dulu sanah! *gaya iklan mie instan*
Lebih baik kita membangun dunia yang lebih bertoleransi kawan! Aku putih, kamu hitam, dia kuning. Tidak masalah. Aku Cina, kamu Batak, dia Betawi. Kenapa tidak? Aku diIbukota, kamu di Jawa, dia di seberang pulau. Bukan halangan untuk tidak saling bertoleransi kan, sobat.
Khususnya nih. Khususnya lagi. Bagi kita-kita yang berbeda keyakinan. Aku Khatolik, kamu Buddha, dia Islam. Why not? Sekali lagi, kita hidup di dunia yang majemuk. Tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Jadi, gue mengajak lo-lo semua untuk belajar bertoleransi. Tidak harus dengan hal-hal yang besar, hal yang sepele tapi berdampak besar sudah menjadi sebuah tindakan yang baik demi perdamaian dunia kita. Khusunya, negeri pertiwi, tercinta, Indonesia kita ini.
Tahun pertama gue mengikutkan diri dalam acara HARI TOLERANSI - PERDAMAIAN sedunia, sebuah langkah kongkret ditunjukkan. Sebuah cerpen berdasarkan pengalaman nyata gue saat pertama kali masuk ke sekolah Negeri yang bagi gue seperti sebuah tempat nan asing di antara hutan belantara pinggiran ibukota. Segala gosip-gosip negatif yang gue dengar sebelum gue masuk sekolah ber-title-kan punya negara itu pun, membuat gue semakin takut. Tapi!
source |
Nah, ada tapinya. Di dalam cerpen itu terungkaplah segala hal negatif yang gue bayangkan dan tidak pernah terjadi pada gue. Dan justru, dari sekolah NEGERI itulah gue semakin belajar berTENGGANG RASA, berTOLERANSI dan MENGHARGAI SESAMA yang memiliki keyakinan berbeda dengan kita.
Okeh! Langkah kecil gue ini masih harus terus dipijakan agar tidak terputus sampai disini. Teman-teman, ayo! Gue mengajak lo semua untuk menyebarkan perdamaian dengan BERTOLERANSI, khususnya ANTAR AGAMA. Tidak mudah memang, asal ada kemauan, semua jalan pasti terbuka! Percaya itu!
Ayo! Mau ikutan?
SALAM DAMAI!
setuju. damai adalah aku. hehe. senyum. senyum simbol keramahan, ketulusan, persahabatan, dan kedamaian. senyuum.
BalasHapus@fahrizal betul! Senyum jg ibadah..
Hapuswah bener nih. toleransi lah yang harus dikembangkan di indonesia. supaya tidak terjadi bentrok antar warga, atau antar umat.
BalasHapusmain-main ke blog ku juga ya
@zegaisme Sip. Thx komentarnya...
Hapus