29 Mei 2015

Kisah Semangkok Indomie

Sadar atau tidak, kita pasti punya pendapat yang mirip. Makanan paling enak dan tersedap saat kelaparan sedang melanda adalah indomie kuah. Ditambah lagi cuaca di luar sangat mendukung tersajinya makanan cepat saji tersebut. Hujan, dingin, ditemani semangkok indomie rasa soto yang baru saja matang itu.... hmmm...
pinjem
Gue masih inget. Sebuah kenangan yang sederhana, diikuti kebahagiaan yang sepele namun bermakna, semuanya pernah terjadi hanya kedua hal sederhana di atas yang membuat gue selalu ingin kembali ke masa-masa itu.

Saat itu gue masih duduk di bangku sekolah dasar. Sayangnya gue lupa, apakah saat itu gue lagi madol alias nggak sekolah atau memang lagi liburan sekolah. Intinya, gue pergi liburan ke rumah nenek gue di daerah Jakarta.

Saat itu cuaca masih belum galau-galauan seperti sekarang. Pasti banget. Siang itu. Gue liburan saat musim hujan sedang mengguyur ibukota negara tercinta. Sesaat setelah bangun tidur yang telat, gue mengeliat malas di atas tempat tidur rangka besi dan kasur yang empuk isi kapuk. Kelar di keprakin supaya cepet mandi dan sikat gigi, akhirnya gue menghabiskan waktu dengan menonton tv.

Siang itu. Perut gue keroncongan sementara para juru masak di rumah nenek gue sedang bertarung di luar sana mencari sebongkah berlian. Ortu gue pun sama. Tinggallah gue bersama adik dan nenek gue disana. Pemadam kelaparan semata wayang yang ada di rumah nenek gue hanya ada telur dan beberapa bungkus indomie. Antara telur ceplok sama indomie rebus, tentu saja gue memilih indomie rebus.

Selang beberapa waktu, hujan turun rintik di luar rumah. Gue hanya bisa menatap tetesan air hujan yang turun dari atap membasahi halaman rumah nenek gue. Tak lama, semangkok indomie soto lengkap dengan telur dan saos cap ibu jari yang pedasnya nonjok, gue menikmati hujan siang itu.
Dari balik jendela, di atas meja tua nan kokoh, gue menghabiskan makanan dengan lahap.

"Lapar non," ujar nenek gue bergurau. Gue hanya mengangguk sambil menyeruput sisa kuah indomie yang masih tertinggal di mangkok.

Hari ini. Cuaca cukup terik. Tidak ada lagi hujan di siang bolong. Semangkok indomie beserta beberapa bakso daging, menemani siang terik gue. Sama makanannya. Hanya saja, rasanya sedikit berbeda. Rasa buatan tukang bakso tidak sebanding dengan indomie kuah buatan nenek tercinta. Meski hanya dengan rebusan telur, dimangkuk hijau lebar, didampingi saos cap ibu jari. Rasanya tidak ada yang bisa menggantikan.

Gue merindukannya. Bukan sekedar masakannya. Kearifannya, nasihatnya, segala hal baik darinya. Gue masih belum bisa. Gue masih akan merindukannya. Sembari menyesali waktu yang terbuang tanpa hadirnya.

In memoriam, my lovely grandmother. I miss you... Rest in Peace, gramps.. :)

9 Mei 2015

Butuh GALAU

Tahu kan, bahwa hidup itu harus seimbang. Baik dalam hal hati, pikiran maupun kesehatan. Sebuah quote pun mengatakan bahwa hidup, cinta dan tawa harus seimbang. Kenapa?
source
Live, Love, Laugh...

Hidup dengan baik,
Lebih banyak tertawa,
Cintai lebih banyak.

Peka

Beberapa waktu lalu, gue merasa mengalami kejadian agak apes. Sebagai pengendara motor sejati, kayaknya belum afdol kalau belum ngerasain yang namanya bocor ban. Sayangnya, kalau harus kena bocor ban sampai dua kali dalam sehari itu, rasanya kepengen banget garuk-garuk tembok.

Berdasarkan opini gue diatas, keapesan gue itu bermula dari pagi saat gue harus pergi ke tempat kerja. Ditengah jalan mendekati kantor, gue merasa ban motor agak aneh. Goyang dumang lalu agak oleng juga. Anehnya, tidak ada satu pengendara motor pun yang memberitahu gue akan hal tersebut.

Begitu tiba di depan gerbang, akhirnya ada juga yang infoin kalau ban motor gue sudah habis bis bis angin nya. Kempes bingits! Setelah ditelaah dan diteliti, ternyata sebuah paku segede gaban sudah menancap di ban belakang motor gue. Dari sanalah bermula.

6 Mei 2015

Cold Chocolate

Beberapa tahun yang lalu,

Gue lebih memilih untuk menikmati secangkir kopi bercampurkan krim moka ataupun kopi bercampurkan susu. Berhubung gue nggak doyan susu, akhirnya kopi moka ini pun menjadi pilihan lain yang gue gemari.

Rasa kopi moka memang nikmat, rasa manis dan pahit yang menjadi satu serta menenangkan membuat gue semakin menggandrungi minuman ini. Saat-saat itu, gue paling anti dengan coklat dikarenakan berbagai mitos yang menghinggap para penggemar coklat. Kegemukan, contohnya.

Namun, ke-anti-an gue tersebut seakan harus gue telan sendiri beberapa waktu belakangan ini. Gue suka mengecap coklat yang manis, berlama-lama dimulut. Ups, sekedar info bahwa gue nggak bisa makan coklat sambil digigit dan di 'emut secara berbarengan. Ini pula yang buat gue malas makan coklat, LAMA!
pinjam
Semuanya luntur saat gue mencoba mencicipi coklat dengan menghilangkan berbagai mitos yang gue ketahui tentang makanan satu ini. Semakin lama menggandrungi makanan ini, semakin doyan pula gue dengan coklat.

Sekarang, gue lebih memilih menegak coklat dingin atau panas yang dipadukan dengan es batu atau jelly hitam bernama 'bubble'. Saat gue ke kampus pun, gue memilih menceritakan ini nih:

"Mba babeelll (read: buble), Chocochino-nya satu ya!"

Sudah hampir satu semester lebih gue jarang menginjakan kaki di bumi kampus tercinta. Selain alasan jadwal yang sudah semakin jarang, sekarang gue sibuk akan hal lain. Memanen pundi-pundi. *eaaa*

Siang itu, gue berniat untuk bimbingan skripsweet dengan dosen. Sayangnya, gue belum konfirmasi dan ternyata beliau sudah pulang. Sia-sia deh... Panas-panas, kekebutan, polusi, sampai kampus, lontang-lantung. Lengkap sudah!

Demi mengobati rasa kecewa, gue bersama seorang sahabat menghampiri warung jajanan yang ada di kantin kampus. Minuman Bubble! Sudah tahu kan? Itu loh, minuman yang diseduh lalu diblender bersama dengan es batu. Kemudian, diberi tambahan jelly kenyal berwarna hitam, yang biasa disebut Bubble.

Rasa coklat yang bercampur aroma kopi bercampur menjadi satu. Ditambah rasa manis dari gula cair serta bubble yang sudah di seduh, membuat kelelahan dan rasa kecewa gue hilang sekejap. Memang, akan tetap ada batasan dalam jumlah konsumsi makanan ini.

Demi menjaga postur tubuh dan kesehatan, gue pun mencoba untuk tidak terlalu banyak meminum minuman ini.
source
Cerita gue akan kegemaran baru gue tentang coklat dingin, seakan mengingatkan gue akan iklan sebuah merk coklat yang slogannya, "tapi rela bagi-bagi...???"

Ups, ini bukan promosi, cuma pengalaman pribadi. Nah, kalau gue suka coklat dingin, kalian?

4 Mei 2015

Apologize

Ada yang bilang kata "maaf" merupakan kata yang murahan.

Seorang yang renta tanpa pekerjaan, ketahuan mencuri beberapa buah batang kayu jati dan akhirnya dipenjara. Ia berulang kali meminta maaf namun si pemilik tidak menggubris. Walau akhirnya dibebaskan karena tuntutan media massa, namun kata maaf tidak berlaku pada orang renta tersebut.

Ada yang bilang kata "maaf" merupakan kata yang mahal.

Bagi seseorang yang memiliki tingkat gengsi setinggi langit, apabila meminta maaf merupakan sesuatu yang anti diucapkan. Ia akan mempertahankan ego setinggi-tingginya dan semahal-mahalnya untuk mengucapkan bahkan menerima dan meminta maaf sekalipun.

Ada juga yang bilang kata "maaf" tidaklah semudah diucapkan.

Empat huruf yang tersusun tidaklah semudah menyusunnya atau tidak mudah diucapkan. Beberapa orang memilih membiarkan waktu yang memaafkan dengan sendirinya tanpa harus ia sendiri yang mengaku maaf.

Namun, "maaf" juga merupakan hal yang ajaib yang bisa menyembuhkan.

Kisah tentang orang-orang yang saling berselisih dengan terus saling mencari kesalahan, mungkin sebenarnya hanya membutuhkan sebuah kata "maaf" yang tulus. Sebuah rasa sakit hati yang dipendam sekian lama, mungkin bisa sembuh dengan kata "maaf" yang tulus.

Bagi gue, kata "maaf" merupakan kata yang sederhana dibalik segala kekurangan dan kelebihannya, yang kadang bisa menenangkan bahkan menyakitkan. Sebuah kata yang mungkin tidak bisa diterima oleh sebagian orang dan sekarang..

Gue pun meminta maaf atas kepasifan yang gue ciptakan beberapa waktu kebelakang. Khususnya di blog ini. Begitu banyak ide yang ingin ditumpahkan, namun terhalang waktu dan keadaan.

Maaf.

Kini saatnya untuk kembali jalan ke depan, dengan bercerita tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan yang lebih cerah.