28 September 2015

Rindu Hujan

Waktu tahun 2012, gue ada buat banyak postingan tentang si hujan. Saat itu gue sangat mencintai hujan. Bahkan tiap saat hujan, gue pasti buat satu postingan. Hujan itu seperti pemberi inspirasi alami tanpa harus kita gali dengan sendirinya. Bahkan peneliti pun menyatakan bahwa saat hujan turun, ada gelombang-gelombang lain yang ikut turun dan mempengaruhi jiwa dan pikiran manusia. Jadi, jangan heran kalau gara-gara hujan, banyak orang galau nggak jelas.

Ditahun berikutnya, postingan gue tentang hujan sangatlah berbeda 180 derajat selsius. *nah loh*.
Kecintaan gue yang besar pada hujan tampaknya membuat sang hujan ke ge-eran, sehingga di tahun 2013, banyak hujan terjadi namun melebihi dari apa yang gue pikirkan. Hujan banyak, banjir juga banyak. Apalagi saat itu gue statusnya masih kuliah, ditambah tiap sore harus hujan. Saking kesalnya, gue meminta hujan untuk berhenti saat itu juga.

13 September 2015

Anak Kecil

Biar anak-anak datang kepadaku... Itu sabda Yesus, Dia memanggiku...

Huffttt.. Ternyata gue baru sadar kalau sekarang sudah tidak lagi muda. Namun, gue paling suka sama anak kecil. Mereka terlalu imut untuk tidak di sayang, terlalu mubazir untuk tidak di godain, terlalu sayang untuk tidak memeluk mereka. Maklum, bawaan kerjaan yang jadi kebiasaan.

Anak-anak pada umumnya, merupakan masa-masa paling menyenangkan menurut gue. Setelahnya barulah masa remaja yang penuh kenangan. Jujur saja, siapa yang bisa mengingat dengan jelas kehidupan masa kecilnya secara terperinci? Gue juga sebenarnya nggak begitu ingat akan masa kecil gue. Hanya kenangan tertentu saja yang memorable berhasil gue ingat. Itu pun tidak banyak. Saking banyaknya kenangan yang tercipta, semakin sulit juga yang bisa diingat. Tapi itulah yang menyenangkan dari anak-anak.

Gue hidup untuk hari ini. Susah, senang, sedih, bahagia, terjadi hanya untuk hari itu saja. Besok? Beda lagi ceritanya. Hari ini diomelin ibu guru, ortu yang marah-marah atau senang mendapat rejeki nomplok entah dari mana, semuanya hanya bisa disimpan disalah satu sudut ingatan. Hanya bisa tersimpan rapi tanpa perlu dibuka lagi.

Begitu juga dengan persahabatan. Anak-anak murid gue disekolah contohnya. Mereka berantem, rebutan, nangis, pukul-pukulan, setelah itu? Selesai sudah. Setengah jam kemudian, mereka bersahabat lagi. Juga, mereka bersenang-senang, bergembira, besoknya sedih lagi, ya sudah. Berhenti sampai disitu. Mereka kembali berteman. Nggak peduli apa yang pernah terjadi sebelumnya.

Gue juga maunya begitu. Sayang, semakin gue besar dan dewasa, jiwa manusiawi gue sedikit demi sedikit mengelotoki jiwa polos anak lugu masa kecil itu. Selain itu, pengertian gue juga semakin dewasa. Bahkan, sekarang pun gue sudah bisa ngomong "sepuluh tahun yang lalu" atau "lima tahun yang lalu", dan nggak kebayang kalau ternyata sudah banyak waktu yang terlewati.

Gue maunya tetap seperti anak kecil yang meskipun kami bertengkar hebat, hingga nangis sekalipun, tetap masih ada ruang dimana kami bisa berbaikan, tertawa bersama serta menangisi kebodohan masing-masing atas waktu-waktu yang sudah terlewat.

Ah... andai saja...

12 September 2015

Waktu Berharga

Saat mau tulis postingan ini, gue tiba-tiba teringat akan film dari Negeri Sakura yang bertemakan time travel. Atau, tentang Doraemon yang bisa mengeluarkan mesin waktu dan membawa ke jaman dan waktu yang kita inginkan.

Kalau memang ada beneran, gue kepengen banget buat balik lagi ke beberapa minggu sebelum sidang skripsi tiba. Maksudnya, ke waktu-waktu gue masih sehat walafiat. Tentunya, gue bakalan jaga kesehatan gue sebaik mungkin dan nggak bakalan tumbang seperti tempo hari. Sayangnya, itu nggak bisa.

Andai,.. Cuma seandainya, mungkin gue akan lebih siap lagi dalam menghadapi sidang skripsi. Atawa, nggak ada tuh cerita air mata bercucuran seusai sidang. Or, something else tentang gue yang mungkin lebih fight lagi dalam hal memperjuangkan skripsi gue.

Tapi... jikalau gue berhasil merubah keadaan, apa yang akan terjadi? Mungkin, sidang skripsi kemarin akan gue sepelekan karena sudah tahu cela-celanya. Mungkin juga, gue nggak akan menangisi perjuangan gue di cecar habis-habisan dengan pertanyaan yang sebenarnya mudah namun bikin gue gemetar setengah mampus. Mungkin lagi, gue ngga akan menghargai apa itu perjuangan demi mendapatkan sebuah baju toga dan plakatnya.

Yah, walaupun gue harus terbaring diranjang rumah sakit untuk beberapa waktu, tapi semua memang waktu yang berharga. Gue jadi lebih bisa menghargai waktu-waktu gue sehat dan lebih memikirkan kesehatan diri. Tapi, gue juga tetap bisa menghargai perjuangan yang harus gue lalui demi cita-cita. 

Yah lagi... Ngga ada waktu yang sia-sia kalau dijalani dengan sepenuh hati. Semua waktu berharga, ngga ada yang sia-sia.

Mungkin sulit untuk memutar waktu, tapi lebih sulit lagi jikalau tidak menghargai waktu. So, nikmati waktumu -Cha...

7 September 2015

MTA Chapter 4 ~ The Defense

D-day!

Sebulan lebih setelah pengumpulan skripsi, anak-anak mahasiswa tingkat akhir masih harus menunggu keluarnya jadwal sidang. Berhubung fakultas gue itu punya jatah sidang paling akhir, jadinya gue dan kawan-kawan baru di kabarin di akhir-akhir bulan. Jadilah, 5 hari sebelum sidang dihadapi, gue dan kawan menerima telepon dari kampus mengenai kostum, persiapan yang harus dibawa dan gimana-gimana sisanya.

2 September 2015

Tidak Berdaya

Masih inget kalau gue pernah minta maaf di salah satu postingan karena absennya gue di beberapa bulan terakhir. Secara pribadi, gue pun merasa sedikit miris jikalau melihat trackrecord dari jumlah tulisan yang ada di blog ini.

Blog ini pernah dalam masa ke'jaya'an nya saat gue rajin banget posting dan dalam setahun gue berhasil menerbitkan kurang lebih 150 tulisan. Hal itu diikuti di tahun berikutnya walau sedikit agak berkurang. Sementara itu, gue melihat di record tahun 2015, sampai bulan September ini baru ada sekitar puluhan tulisan yang berhasil gue ciptakan. Kalau distatistik, ini namanya penurunan kualitas dan kuantitas tulisan. Mudah-mudahan tidak seperti itu ya.