Tampilkan postingan dengan label sajak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sajak. Tampilkan semua postingan

25 Juni 2016

Nama itu...

Nama itu...
Sebuah nama yang sangat umum
Bisa ditemukan dibeberapa tempat
Banyak juga yang punya kemiripa

Nama itu...
Pernah menjadi sebuah kata keramat
Sebuah nama yang pernah dihati
Berhasil membuatnya berdebar, meski hanya sepintas

Nama itu...
Pernah menjadi sebuah kata ternyaman yang di dengar
Sebuah nama yang mengingatkan kisah yang manis

Nama itu...
Juga yang mencabik isi hati
Menyisakan perih
Berbekas luka

Nama itu...
Sudah mau dilupakan
Namun hari ini, saat nama itu terucap lagi
Sebuah perasaan hangat menghampiri
Seakan lupa dengan luka

Nama itu...
Masih tetap di hati...

28 April 2016

"Bukannya aku takut akan, kehilangan dirimu. Tapi aku takut kehilangan Cintamu.." Juliet-Bukannya Aku takut

Hari gini masih nge-baperin orang yang bahkan ngga mikirin balik kita... Sedih rasanya, karena bukan kehilangan orangnya, kehilangan cintanya..

17 Oktober 2015

Kisah Pohon Jambu

Dulu, gue punya pohon jambu, jenis jambu putih yang dagingnya agak tebal, tidak terlalu banyak kapas serta manis rasanya. Awalnya, itu pohon kecil seuprit setelah di cangkok dari inangnya. Ditanam di dalam pot besar dan di taruh di depan rumah.

Saat berbuah pertama kali, hebohnya setengah mati. Segala macam usaha dilakukan agar buahnya benar-benar manis dan enak. Saat berbuah kedua dan ketiga kali, buahnya agak busuk. Konon katanya, saat pertama kali berbuah, ada yang makan buah jambu gue pakai bumbu rujak yang pakai terasi. Jadinya busuk deh.

Semakin hari, pohon jambu di dalam pot semakin besar dan akhirnya di pindah untuk di tanam langsung di dalam tanah. Seiring berjalannya waktu, pohon semakin besar dan rimbun. Rumah gue pun semakin adem dengan adanya pohon jambu tersebut. Ditambah lagi, gue suka manjat di pembatas rumah gue yang dekat dengan dahan pohon jambu. Nggak jarang juga, gue manjat itu pohon demi dapetin buah jambu yang besar dan biasanya numbuh di tempat paling tinggi.

Kini, pohon jambu putih kesayangan gue itu hanya tinggal sebagai kenangan belaka. Dua tahun belakangan, gue sudah tidak lagi menikmati nikmat manisnya buah jambu serta adem rimbunnya pohon jambu saat gue duduk di bawah rindang dedaunannya.

Begitu juga dengan seluruh kenangan gue akan tempat dimana pohon jambu itu tumbuh. Segala kenangan sejak masih nggak ngerti apa-apa hingga bisa menghasilkan pundi-pundi. Dari yang belum ngerti yang namanya cinta-cintaan sampai baper-baperan kayak sekarang.

Orang-orang bilang, sebuah tempat yang kita sayangi bisa jadi tempat perpisahan yang paling menyedihkan dan seiring berjalannya waktu akan berubah menjadi sebuah kenangan yang suatu hari hanya bisa gue ceritakan sambil tertawa dan menitikan air mata beserta sebuah kata yang selalu mengundang rindu. Yakni.... KANGEN.

28 September 2015

Rindu Hujan

Waktu tahun 2012, gue ada buat banyak postingan tentang si hujan. Saat itu gue sangat mencintai hujan. Bahkan tiap saat hujan, gue pasti buat satu postingan. Hujan itu seperti pemberi inspirasi alami tanpa harus kita gali dengan sendirinya. Bahkan peneliti pun menyatakan bahwa saat hujan turun, ada gelombang-gelombang lain yang ikut turun dan mempengaruhi jiwa dan pikiran manusia. Jadi, jangan heran kalau gara-gara hujan, banyak orang galau nggak jelas.

Ditahun berikutnya, postingan gue tentang hujan sangatlah berbeda 180 derajat selsius. *nah loh*.
Kecintaan gue yang besar pada hujan tampaknya membuat sang hujan ke ge-eran, sehingga di tahun 2013, banyak hujan terjadi namun melebihi dari apa yang gue pikirkan. Hujan banyak, banjir juga banyak. Apalagi saat itu gue statusnya masih kuliah, ditambah tiap sore harus hujan. Saking kesalnya, gue meminta hujan untuk berhenti saat itu juga.

3 Juli 2015

Bintang Malam

Malam ini begitu cerah
Begitu biru dan bersih
Namun tak ku lihat
Bintang setitik pun bersinar
Mungkin sinarnya terhalau akan gemerlapnya lampu jalanan.

Sebuah buku kosong dan bersih
Di mulai dengan kata dari namamu
Namun kini segalanya berubah
Tak ku lihat lagi nama itu di tiap lembarnya
Mungkin karena kilaunya terselubung dengan gemerlapnya kehidupan.

Andai ku dapat memutar kembali lagi waktu
Dapatkah aku merubah kenangan itu
Memastikan kau tak pernah hadir mengisi hariku
Memastikan tiap langkah tak menyebut namamu

Namun apa dayaku?
Kini ku hanya bisa menyebutkan namamu
Menyimpan kenanganmu
Di sudut hati yang terdalam.

Di kegelapan malam
Ku berharap sebuah bintang
Bersinar memberi cahaya meskipun cahayanya redup.

Kekelaman hati ini begitu dalam
Sebuah kata ''cinta'' tak cukup mengobatinya
Namun ku sanggup sendiri
Cukup katakan ''selamat tinggal''
Dengan cara dan waktu
Yang tepat bagi kita.

Kata-kata cinta memang indah

Namun tak seindah kenyataan.

30 Juni 2015

Cerita Mini: Bioskop

Mematut diri di depan cermin, mencari baju yang cocok, tersenyum sejak pagi, aku rasa hanya orang yang hampir gila yang bertingkah seperti itu. Sayangnya, aku pikir bahwa dirikulah orang itu. Sejak semalam aku pun hampir tidak bisa tidur dengan nyenyak. Berkali-kali terbangun dan langsung melirik pada penunjuk waktu. Aku merasa jantungku seperti mendapat sengatan listrik entah dari mana hingga membuatnya berdebar setiap waktu.

Lagi-lagi kulirik jam weker yang ku pasang disamping tempat tidurku. Wah, masih jam delapan pagi, masih ada dua jam sebelum aku bertemu dengan si penyebab keanehan padaku. Dua jam serasa dua tahun, aku menunggu dan si Dia tiba tepat waktu. Suara bel terdengar dan melihat sosoknya dibalik pintu membuat jantungku hampir melompat keluar. Perasaan senang serta salah tingkah bercampur jadi satu. Ah, aku tampak seperti orang bodoh, rutukku dalam hati.

Kami pergi menonton bioskop. Bioskop pertama yang menjadi saksi perjalanan kisah cinta kami. Menonton film, makan di restoran, bermain di pusat permainan hingga tak terasa waktu yang mengingatkanku untuk segera pulang. Langit diluar bangunan sudah berubah kembali menjadi gelap dan si Dia mengantarku pulang dan berpamitan dengan kedua orangtuaku.


Aku tersenyum sambil merasakan debaran jantungku saat membayangkan kenangan kami hari ini.

20 Juni 2015

I wanna fall in love...

Disclaimer
Cerpen ini diciptakan dimasa awal-awal jatuh cinta pada kepenulisan cerpen dan novel. Gaya tulis dan diksi yang terbatas,  tidak menjadi penghalang dalam menyampaikan perasaan. Selamat membaca...

19 Juni 2015

First Love

Kenangan Klasik Cinta Pertama
Puisi klasik mengenai cinta pertama
Menceritakan begitu manisnya cinta pertama yang terjadi
Teringatkan akan saat-saat dimana dirimu menyukai dirinya
Setiap saat, setiap waktu dan dimana pun kau berada
Mungkin di dalam pikiranmu hanya ada dirinya.

Begitu indah, begitu manis
Rasanya seperti sebuah gulali yang manis
Menghiasi hari-hari dan waktu yang ada dengan bayangnya
Selalu teringatkan akan setiap hal yang dilakukannya
Setiap hal baik yang pernah dilakukannya untukmu.

Saat kau menyadari akan perasaanmu
Saat itu pula kau akan menyadari akan kesedihan dibaliknya
Namun kau sangat menyadari bahwa ini takdirmu
Bagaimana pun kau berusaha melawannya
Ia akan tetap menjadi cinta pertama.

Hati merasakan hal manis saat cinta pertama menyisakan hal termanis
Kenangan-kenangan yang tercipta tak akan pernah kembali
Namun kenangan akan tetap terukir manis
Walaupun pada akhirnya bahwa segalanya hanyalah kenangan.

Pernah terpikirkan untuk kembali merasakan manisnya cinta
Ingin menyentuh kembali manisnya masa-masa lalu
Menikmati setiap kemanisan yang terasa dan melupakan waktu yang berjalan
Tapi harus menyadari bahwa semua tetap hanya masa lalu.

Cinta pertama tidak selalu memberikan kenangan manis
Saat dirimu begitu ingin mengulang manis rasanya
Saat itu pula akan teringat hal pahit yang membuat dirimu hanya bisa memandangnya
Hal yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata
Namun hati yang bisa menunjukkan.

Cinta pertama kadang terasa menakutkan
Kau tidak ingin merasakan lagi rasanya cinta
Namun cinta pertama tetap terkenang manis dibalik segala ketakutan

Cinta pertama...

7 Juni 2015

Tamu

Disclaimer
Postingan ini masih satu rangkaian dengan cerpen sebelumnya. Dalam mengikuti seleksi kompetisi tempo dulu dan sekarang dibagikan agar banyak pecintanya. Happy reading...

Ting tong... Ting tong...

Suara bel rumah berbunyi di pagi buta saat hari liburku berlangsung. Dalam hati bertanya mengapa tidak ada yang membuka pintu? Aku cuek dan suara bel terus berbunyi. Siapa sih pagi-pagi sudah bertamu dirumah orang, keluhku. Akhirnya aku bangkit juga dari tempat tidurdan bergegas menuju pintu rumah. Aku menemukan secarik kertas memo diatas meja makan yang ternyata dari mama. Ia menulis pesan bahwa dirinya sedang pergi ke pasar. Pantas saja tidak ada yang membuka pintu, gumamku dalam hati.

Aku segera menghampiri pintu rumah dan membuka handelnya dengan perasaan malas. Begitu terbuka, tampak seorang laki-laki sedang berdiri memunggungi pintu. Laki-laki itu mengenakan kaos oblong berwarna merah dan kedua tangan diselipkan di saku celananya.

“Maaf, mas. Cari siapa?” tanyaku heran.

Laki-laki tersebut tidak menjawab pertanyaanku dan tidak bergerak sedikitpun. Aku pun semakin penasaran saat menyadari sosoknya seperti tidak asing lagi bagiku.

“Maaf, penagih hutang, ya?” ujarku kemudian. Laki-laki tadi tetap tidak menjawab. Rasa emosi mulai menghinggapiku saat melihat laki-laki tadi yang tidak kunjung menjawab pertanyaanku. “Hey mas, kalau ditanya jawab dong. Saya susah payah bangun supaya bisa bukain pintu buat mas tapi malah diam seperti patung begini!”

Gerutuku rupanya bermanfaat juga. Laki-laki tadi mulai bergerak dari tempat ia berdiri dan membalikkan badannya. Begitu wajahnya menatapku, sesaat aku merasakan degup jantungku berhenti tiba-tiba. Rasa shock dan tidak percaya bercampur jadi satu. Laki-laki itu adalah DIA... DIA... Dia yang selalu datang dimimpiku, bahkan beberapa saat lalu aku masih memimpikannya. 

Tapi sekarang, dia ada dihadapanku, didepan mataku! Astaga!

Tanganku menutup mulutku yang reflek menganga menatap Rendi, kakak kelas yang selama ini hanya bisa aku lihat dari jauh karena banyak penggemarnya. Aku menyukainya karena wajahnya yang manis dan prestasinya yang luar biasa disekolah. Dapat ku lihat, Rendi tersenyum melihat aku yang terbelalak kaget saat melihat dirinya berdiri di depan rumahku.

“Kak Rendi...” seruku pelan, sepelan suara angin.

“Hai Andin, apa kamu sudah sarapan? Aku mau mengajakmu sarapan bersama.” balas kak Rendi kembali tersenyum menatapku.

Oh, astaga! Apa yang terjadi hari ini? apa ini tanggal keramat? Keajaiban apa yang terjadi sehingga Kak Rendi yang terkenal dingin itu mengajakku sarapan pagi. Lagi-lagi mulutku menganga menanggapi ajakan Kak Rendi yang tiba-tiba. Buru-buru aku menyadarkan diri lalu menjawab pertanyaan Kak Rendi dengan tergagap.

“Be... Belum kak... Ki... Kita sarapan bersama?”

Senyum Kak Rendi tiba-tiba pecah menjadi tawa mendengar jawabanku. Seketika wajahku berubah menjadi merah seperti udang rebus. Dimana aku harus menyembunyikan malu ini??? pekikku dalam hati.

“Mari Andin, kita sarapan bersama di depan komplek rumahmu. Tadi aku melihat ada penjual nasi uduk disana.” Ajak Kak Rendi lagi. Ia lalu meraih tanganku mengajakku keluar rumah.

Seluruh tubuhku bergetar dan perutku berguncang hebat disertai rasa sakit kepala yang luar biasa. 

Astaga, ada apa lagi ini? Ini saat yang penting, kenapa harus sakit? Oh, ya. Semalam aku kehujanan dan lupa minum obat. Aku menatap Kak Rendi penuh permintaan. Namun lama kelamaan pandanganku kabur dan bisa kurasakan tubuhku terjatuh ke lantai disertai teriakkan Kak Rendi.


Betapa malunya diriku. Pingsan saat sang pujaan hati mengajak sarapan bersama.


8 Maret 2015

Turn Back to You...

You and I must have really liked each other then.

I didn't know how to be angry because I was happy all the time.

Yes, it was like that, how it felt to love you.

To me, the world was most touching then.

If that moment was lost, the short time that I have lived, will be too insignificant then.

I want to turn back to find you.

~taken from translate of OST. Protect The Boss~

30 Desember 2014

Move On Projects

"Frans, gue suka sama lo..."

Matanya tertegun menatap gadis bermata sipit tersebut. Ia berusaha mencerna tiap kata yang diucapkan Fely, melawan rasa kantuk yang menyerangnya sejak beberapa menit yang lalu. Udara malam yang dingin hampir berhasil menusuk ke dalam tulang jemarinya.

"Ah, sudahlah. Cepat pulang sana, sudah malam," lanjut Fely lagi kemudian.

Frans ingin mencerna baik-baik perkataan Fely yang sebelumnya. Sayang, kepala dan matanya tidak berjalan seirama. Ia pun hanya bisa tersenyum samar kemudian menghidupkan mesin motor miliknya.

"Gue pulang dulu, ya..."

Kesempatan yang tidak pernah datang untuk kedua kalinya. Sebuah pernyataan yang juga tak kunjung dijawab.

***

4 tahun kemudian...

Aliran sungai Cisadane tampak kemerahan diterpa matahari senja. Hembusan angin sore menerbangkan tiap helai rambut Fely. Ia menatap lurus hamparan air sungai seraya berdiri di tepiannya.

"Fel!"

Suara khas yang dikenal, terdengar jelas. Ia mengalihkan pandangan dan melihat lelaki berjaket hitam berlarian menghampirinya.

"Hei, Frans!"

Fely melambaikan tangan pada Frans. Senyum terutas manis dibibir.

"Maaf, gue terlambat."

"Nggak apa-apa. Baru pulang kerja?"

"Iya. Biasa, bos lagi banyak permintaan."

Seperti biasa. Alasannya untuk terlambat dan mengingkari janji. Sudah terbiasa. Sudah seperti hal yang lumrah bagi Fely untuk mendengar alasan Frans selama 4 tahun.

"Waduh, maaf ya. Gue nggak ada niat memaksa lo untuk datang hari ini. Hanya saja..."

"Hanya saja?"

Feli beranjak dari tepian sungai menuju bangku taman yang berada di pinggiran sungai dan duduk di atasnya.

"Ada hal penting yang harus gue sampaikan sebelum gue pergi dari kota ini."

"Lho? Memangnya lo mau kemana?"

"Memulai kehidupan baru."

"Cieee, mau marriage maksud lo?"

Bukk!

Fely melemparkan sebuah benda pada Frans yang langsung ditangkapnya.

"Apa ini?"

"Gue akan pergi meninggalkan seluruh kenangan dan hidup gue yang ada di kota ini. Termasuk lo."

Fely menatap Frans yang tiba-tiba terdiam. Gadis berambut lurus sebahu itu pun menghela nafas. Pertanda kesiapan hatinya mengucapkan salam yang tidak pernah terbayangkan untuk diucapkan sebelumnya.

"Waktu gue kecil, gue pernah bilang ke sahabat gue. Gue tidak akan pernah mau menyatakan perasaan gue duluan ke lelaki manapun. Sayangnya, gue pernah melakukan hal itu dulu."

"Wih!" seru Frans penasaran. "Ke siapa?"

"Ke seseorang yang gue jadikan tokoh utama dalam cerpen gue yang dibukukan itu."

"Hah? Serius?! Siapa?"

Fely hanya terdiam. Matanya melirik pada buku yang dipegang Frans seakan isyarat untuk membuka isi buku. Beberapa menit selanjutnya merupakan waktu-waktu yang paling menegangkan bagi Feli. Menantikan reaksi yang akan terjadi selanjutnya.

"Jadi, siapa tokoh utama dalam cerita lo ini?"

"Yang lo baca, siapa?"

"Disini tertulis nama Frans. Tapi, Frans ini bukan gue, kan? Lo nggak serius, kan?" Mata Frans kemudian menatap Feli nanar. Lelaki itu berusaha mengorek informasi lebih dalam pada gadis yang hanya tersenyum dihadapannya.

"Itu lo, Frans. Laki-laki dalam cerita itu adalah lo."

"Hah?! Kapan lo menyatakan..." Lelaki itu tercekat seperti mengingat sesuatu. "Ah, malam itu! Malam dimana gue..."

"Iya."

"Dan... Gue belum menjawab dan membalas perasaan lo? Benar?"

"Iya."

"Feli. Maaf, gue..."

"Tidak perlu minta maaf karena tidak ada yang perlu dimaafkan. Semuanya terjadi begitu saja, hanya gue yang terlalu mendramatisir."

"Feli..." ucap Frans lirih, merasa tidak enak.

"Maka dari itu, gue hari ini mau pamitan ke lo. Minggu depan gue akan pindah ke daerah dan menetap disana. Gue hanya mau mengungkapkan semuanya pada lo sebelum gue benar-benar meninggalkan segalanya disini, dikota yang penuh dengan kenangan."

***

"Pagi, pak! Ada kiriman paket buat bapak!"

"Terima kasih."

Frans membawa kotak paket yang diberikan padanya kemudian membukanya begitu tiba di ruang kerja. Ia tampak bingung saat melihat sebuah handuk kecil, buku novel dan secarik kertas di dalamnya.

'Dear Frans,

Begitu lo baca surat ini, gue sudah tiba di kota tujuan dengan selamat. Tentunya selamat dari rasa tidak ikhlas-nya gue saat meninggalkan seluruh kenangan gue, termasuk lo.

Karena gue benar-benar ingin meninggalkan seluruh kenangan, maka gue kembalikan beberapa ups, hanya 2 barang yang pernah lo kasih, ke gue.

1. Handuk kecil
Gue inget bagaimana lo mengajak gue pertama kali ke resepsi salah satu sahabat lo dan souvenir dari pesta resepsi itu lo titipkan pada gue. Yang pada akhirnya tidak pernah gue kembalikan. Gue bahkan dengan percaya diri menganggap itulah hadiah pertama dari lo.

2. Buku Novel
Pemikiran gue akan handuk kecil sebagai hadiah pertama dari lo, langsung hilang saat lo memberikan hadiah ini khusus buat gue, kado ulang tahun gue. Terima kasih, karena judulnya yang selalu berhasil mengingatkan gue akan lo.

Melupakan kenangan tentu tidaklah mudah, namun daripada melupakannya, gue lebih memilih mengingatnya. Lalu, saat gue melihat barang-barang itu, gue langsung mengingat lo dan kembali mengenang lo. Maka, gue memutuskan untuk mengembalikannya pada lo agar tidak teringat dan mengenang.

Gue pun berterima kasih karena diberikan kesempatan untuk memiliki perasaan pada lo tanpa mengharapkan balasan.

Orang bilang, kalau cinta sejati hanya sekali seumur hidup. Tapi bukanlah cinta sejati kalau harus memiliki. Jadi, gue mengambil keputusan terbesar dengan tetap memiliki lo sebagai cinta sejati, bukan untuk status.

Semoga lo bahagia selalu,

Salam bahagia,
Fely'


Seketika, Frans langsung menaruh kembali kotak pemberian Fely kemudian berlari menuju stasiun kereta, mengejar Fely yang sudah pergi. Sementara itu, Fely sudah duduk manis dalam gerbong yang membawanya menuju ke tempat tujuannya. Ia tersenyum seraya menatap bentangan sawah-sawah sepanjang perjalanannya.

Frans menghubungi ponsel Fely namun sudah tidak aktf. Ia melenggang meninggalkan stasiun. Tanpa disadari, keputusasaan Frans membawa laki-laki itu ke tepian sungai Cisadane, tempat terakhir ia bertemu Fely.

"Fely!" teriak Frans. "Gue suka sama lo..."

Frans pun akhirnya tersadar, pengakuannya tidak lagi berguna. Fely sudah pergi dan memutuskan untuk meninggalkan segalanya. Termasuk perasaannya pada Frans.


(Awalnya, postingan ini dibuat dengan harapan agar apa yang dirasakan Frans menjadi kenyataan pada Feli meski gadis itu benar-benar pergi nantinya. Sayangnya, waktu yang awalnya dibuat dua tahun sebelum penerbitan postingan ini ternyata terlampau lama. Feli menginginkan 'move on' secepatnya sebelum akhir tahun 2014 berakhir. Semuanya dengan harapan bahwa tahun 2015 nanti mendapatkan yang lebih baik serta lebih bisa membuka hati kepada yang lain.

Postingan ini dibuat dalam satu proyek bernama 'Move On Project' yang diposting diakhir tahun 2014. Akhir segala penantian dan akhir dari segala pengharapan. Bye 2014, Welcome 2015.)

24 Desember 2014

Damai Natal Untukmu...

Dibalik seluruh kesulitan yang terjadi...

Dibalik seluruh sedih yang terurai...

Dibalik seluruh tetes air mata yang terjatuh...

Dibalik seluruh rasa suka yang tercipta...

Dibalik seluruh misteri hidup yang terjadi hari ini dan sepanjang hidup...

Segalanya terdapat seorang JuruSelamat...

Yang lahir dan kini hidup di dalam hati masing-masing kita yang percaya...

Dialah...

TUHAN SEMESTA ALAM...

JURU SELAMAT...

RAJA SEGALA RAJA...

Namanya...

YESUS!!

22 Agustus 2014

Gadis itu...

Untuk pertama kalinya, ia lupa akan satu hal.
Sebuah hal yang selalu diingatnya,
Walau tidak sebaliknya.

Untuk pertama kalinya, ia lupa..
Ah, lebih tepat... melupakannya.
Karena kata lupa identik dengan kesalahannya.

Untuk pertama kalinya, ia berhasil mewujudkan mimpi serta janji yang tidak pernah ia harap dapat terwujudkan.
Karena ia tahu, untuk bermimpi pun sulit, terlebih mewujudkannya.

Untuk kesekian kalinya, ia tidak lagi kesal.
Kala pesannya hanya dibalas singkat dan... biasa.
Tidak ada yang spesial lagi baginya.

Untuk kesekian kalinya pula, ia bersedih karena harus mengakhiri tanpa punya arti.

Ia berteriak pada diri sendiri,
"Mau sampai kapan?!"
"Mau sampai kapan?!"

Ia bersikeras bertahan, mengganggap dirinya sudah lepas dari ingatannya, sayang... ketika ingatannya kembali, ia harus kembali terluka.

Ia pun menggumam, "Haruskah ini berakhir? Bahkan memulainya pun, aku tak sempat..."
source

9 Agustus 2014

Parfum itu...

source
Aku melihat botol parfum yang menarik perhatian
Warnanya merah, berbentuk buah apel
Mirip sebuah merk sebuah ponsel pintar

Kemasannya memikat
Maka kudekati serta menghirup aroma di dalamnya
Harum semerbak, menenangkan jiwa
Menelusup ke dalam hati
Aku mulai terbuai dibawanya...

Tidak seperti parfum lainnya
Keharumannya selalu berhasil meredam amarah
Kehadirannya selalu melengkapi hari yang penuh dengan emosi
Hadirnya memberi arti lebih dari sekedar minyak wangi

Harumnya, tidak pudar hanya dalam sehari
Semerbak masih tercium hingga keesokan harinya
Saat mulai menghilang, disiramnya lagi diseluruh tubuh
Membuat hati terikat tak berpaling, pada harum manapun

Tapi aku ingin harum ini selamanya
Tidak hanya datang dan hadir saat diperlukan
Maka aku coba ‘tuk tidak menyiramnya lagi
Mencoba memberi kesempatan agar parfum menyirami sendiri tubuhnya

Sayang, penantian yang sia-sia
Sang parfum tidak bisa menyiram tubuhnya sendiri
Ia harus disirami lagi dan lagi
Melelahkan...

Ah, harum parfum itu hanyalah tinggal setetes
Biarlah aku sirami tubuhnya sekali lagi
Mungkin untuk yang terakhir kali
Lalu membiarkan harum semerbaknya menyebar sepanjang hari
Hingga akhirnya hilang sendiri
Bersama angin, bersama udara,

Bersamaan dengan seluruh kenanganku tentang sang parfum...

1 April 2014

April Fool Days!

source

"Rin, dipanggil kepala sekolah noh. Lo buat masalah apaan emangnya?" seru Ezra dengan nafas terengah-engah. Lelaki itu berlarian saat mendekati meja Rini dengan tampangnya yang cemas meyakinkan.

"Hah? Serius lo? Gue memang baru saja dari ruangan beliau, ada apaan ya?" balas Rini ikut cemas.

Gadis itu langsung pergi menuju ruang kepala sekolah sementara Ezra tertawa terbahak-bahak di dalam kelas saat Rini terperangkap dalam jebakannya.

"Dasar bodoh, inikan april mop!" ujar Ezra bangga.

Tak lama,

"Ezra!" panggil seseorang.

Lelaki itu segera menoleh dan melihat Bu Susi -kepala sekolahnya, datang ke kelas bersama dengan Rini. Ia terkejut bukan kepalang. Tidak menyangka kalau Rini benar-benar menghampiri kepala sekolah dan datang bersamanya.

"Kamu pikir saya bahan becandaan? Untuk apa kamu bilang kalau saya mencari Rini padahal tidak?" tanya Bu Susi terlihat galak.

"A... anu, Bu. Saya cuma bercanda karena ini kan april mop..." jawab Ezra gemetar.

3 Maret 2014

Loneliness


Masih soal perasaan. Pesan iklan dari salah satu provider telepon selular seperti menampar hati Velly keras-keras.

“Om, om. Truk aja gandengan, masa Om nggak?”

Mungkin, kalau dia yang berada di iklan tersebut, bukan hanya bibir saja yang memble, tapi isi hati ikutan memble.

Sama pula saat lagu lawas dari Backstreet Boys yang mengalun melalui earphone ponsel miliknya.

Show me the meaning of being lonely...♪ So many words for the broken heart...♪

Jleb!

Air mata kembali menggenang dipipi. Seminggu lewat setelah Velly memutuskan untuk mengakhiri hubungannya bersama dengan Vanno. Delapan tahun pacaran membuat Velly tidak sanggup melupakan laki-laki yang pernah mengisi masa sedih dan bahagianya.

“Aku juga. Aku ingin sendiri, bebas melakukan segalanya. Kita putus.”

This is the feeling, I need to walk with...


*This is my first #FIKSILAGU. 

4 Agustus 2013

Face It!

Dear you...

I have faced another problem these day,
I got another problem..
I have tried to solve it,
But until the end, I just gone away from it..

I was afraid,
I could make another problem
But I knew, I have to face it.

I have thunk about the way,
I have got the key,
But, one more time, I was afraid.

5 Juli 2013

Mengusir Sendu...

Baca puisi-sajak ku yang lain di sini
gambar diambil dari sini

Aku pernah bilang, kalau hujan begitu berarti...
Jangankan berarti, hujan bagaikan berkah yang tak terhingga...

Namun entah apa yang terjadi tiga hari belakangan ini...
Aku tidak bahagia begitu hujan turun...
Ditengah tahun yang seharusnya merupakan musim panas...

Aku langsung teringatkan belasan tahun sebelum hari ini..
Dibulan-bulan yang sama seperti ini...
Dibulan masa-masanya liburan sekolah...
Yang namanya layang-layang atau biasa disebut layangan,
Bertebaran dengan riang diatas langit...

Berdengung keras hingga permukaan bumi...
Menembus telinga yang mencari asal sumber suara...
Nah, sebuah layang-layang berukuran jumbo dan dinaikkan dengan benang yang agak tebal...
Meliuk-liuk diterpa angin...
Pesta musim panas yang hanya akan bisa dinikmati pada saat liburan sekolah..

Tapi apa?
Sekarang apa?
Kemana nuansa musim panas itu?
Bukan berarti aku membenci hujan..
Tidak! Tidak sama sekali...

30 Mei 2013

Buih-buih..

Angin semilir berhembus perlahan menerpa kulitku
Menatap langit senja yang cerah
Seraya menanti...

Berdiri memandang sungai hitam ditepi jembatan beton
Dalam hati terpikir, begitu indahnya sore ini
Sayang, buih-buih limbah mengalir bersamaan dengan aliran sungai yang pekat

Ah, masih ku ingat tiga tahun yang lalu
Aku berdiri di pinggir jembatan yang sama, memandang sungai yang sama
Masih teringat jelas juga beberapa makhluk air tampak jelas dari atas jembatan

24 Mei 2013

Another poem



Sore hari ini tampak kelabu diiringi tetesan air dari langit, tampaknya langit sedang bersedih... #poem

Waktu masih kurang lima belas menit begitu ku tiba di depan kampus. #poem

Ku berlari peneduhku dari hujan, tiba-tiba... #poem

Swiinggg... pemuda berkaos pink melintas di sebelahku dan berjalan cepat.. #poem

Menatap sinis padanya namun mataku langsung terbelalak.. #poem

Ohh ternyata.. dia pemuda yang berhasil menarik hatiku dengan senyum manisnya.. #poem

Ia berjalan cepat tanpa tahu ku menatap punggungnya yg bidang tak berkedip.. #poem

Dalam hati terselip harapan ia menoleh dan menyadari .. #poem

Ah, tidak. Aku pasti kan salah tingkah jika itu terjadi.. #poem

Akhirnya ku hanya bisa tersenyum kecil mentertawai harapan bodohku tadi. Dan pemuda itu pun menghilang dr pandanganku.. #poem


[picture i've got from google.com]