9 Mei 2015

Peka

Beberapa waktu lalu, gue merasa mengalami kejadian agak apes. Sebagai pengendara motor sejati, kayaknya belum afdol kalau belum ngerasain yang namanya bocor ban. Sayangnya, kalau harus kena bocor ban sampai dua kali dalam sehari itu, rasanya kepengen banget garuk-garuk tembok.

Berdasarkan opini gue diatas, keapesan gue itu bermula dari pagi saat gue harus pergi ke tempat kerja. Ditengah jalan mendekati kantor, gue merasa ban motor agak aneh. Goyang dumang lalu agak oleng juga. Anehnya, tidak ada satu pengendara motor pun yang memberitahu gue akan hal tersebut.

Begitu tiba di depan gerbang, akhirnya ada juga yang infoin kalau ban motor gue sudah habis bis bis angin nya. Kempes bingits! Setelah ditelaah dan diteliti, ternyata sebuah paku segede gaban sudah menancap di ban belakang motor gue. Dari sanalah bermula.

pinjam
Siangnya, nekad ke tukang tambal ban dengan ban kempes dan terpaksa harus ganti ban dalam karena sudah robek bek bek. Harus ganti ban dalam di saat kantong kering itu termasuk ke-apes-an yang kurang menyenangkan.

Hal yang lebih apes lagi, malamnya motor gue kembali bocor. Tambal lagi deh....

Sebulan berjalan, motor gue kembali goyang dangdut di tengah jalan. Kali ini perjalanan pulang ke rumah. Setibanya di rumah, ternyata ban luar motor gue tipis sehingga bocor karena gesekan. Kali ini gue was-was hingga seminggu, pasalnya hampir seminggu itu gue tambal ban hampir 2 hari sekali. Alhasil, gue memaksakan diri membeli ban luar di minggu berikutnya. Yang anehnya lagi, tidak ada yang memberi tahu bahwa ban gue itu kempes.

Tiba-tiba gue teringat akan tingkah laku para pengendara beberapa tahun sebelum gue lulus sekolah. Para pengendara saling mengingatkan satu sama lain. Misal, gue (yang waktu itu masih unyu-unyu) tidur di belakang dan kurangnya pengaman. Note, ini tidur di motor. Pengendara lain dengan sukarela mengingatkan ortu gue kalau anaknya sedang terlelap di awang-awang dan hati-hati jatuh.
source
Ada lagi satu peristiwa, bahwa motor ortu gue sekedar kempes biasa belum bocor banget, tiba-tiba ada pengendara tetangga mengingatkan bahwa motor ortu gue kempes, mohon untuk diisi angin atau cek tukang tambal ban, takut-takut bocor.

Kepekaan masyarakan kala itu membuat gue miris. Gue merasa tidak ada yang peka dengan keadaan sekitar, apalagi sama gue yang lagi kesusakan. Tapi, gue serasa ditampar oleh perkataan sendiri. Pasalnya, gue sendiri pun tidak terlalu banyak membantu atau memberitahu pada orang-orang yang motornya kempes dan dipaksa jalan oleh pemiliknya. Gue sendiri pun merasa 'agak' malas memberitahu si pengendara sehingga langsung bablas dan berharap si pengendara sadar sendiri.

Lah, gimana bisa sadar sendiri kalau tidak diberitahu keadaan sebenarnya. Agak miris menyadari kenyataan kalau kepekaan untuk hal sepele seperti ini ternyata sudah menjamur dimana-mana. Bahkan, gue sendiri pun merasa dan melakukannya. Apakah memang kepekaan masyarakan sudah menurun atau memang sekarang adalah perubahan jaman yang entah menjadi lebih baik atau sebaliknya.

Hanya diri gue sendiri, diri lo sendiri dan Tuhan pastinya yang bisa menjawab!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^