pinjem |
Gue masih inget. Sebuah kenangan yang sederhana, diikuti kebahagiaan yang sepele namun bermakna, semuanya pernah terjadi hanya kedua hal sederhana di atas yang membuat gue selalu ingin kembali ke masa-masa itu.
Saat itu gue masih duduk di bangku sekolah dasar. Sayangnya gue lupa, apakah saat itu gue lagi madol alias nggak sekolah atau memang lagi liburan sekolah. Intinya, gue pergi liburan ke rumah nenek gue di daerah Jakarta.
Saat itu cuaca masih belum galau-galauan seperti sekarang. Pasti banget. Siang itu. Gue liburan saat musim hujan sedang mengguyur ibukota negara tercinta. Sesaat setelah bangun tidur yang telat, gue mengeliat malas di atas tempat tidur rangka besi dan kasur yang empuk isi kapuk. Kelar di keprakin supaya cepet mandi dan sikat gigi, akhirnya gue menghabiskan waktu dengan menonton tv.
Siang itu. Perut gue keroncongan sementara para juru masak di rumah nenek gue sedang bertarung di luar sana mencari sebongkah berlian. Ortu gue pun sama. Tinggallah gue bersama adik dan nenek gue disana. Pemadam kelaparan semata wayang yang ada di rumah nenek gue hanya ada telur dan beberapa bungkus indomie. Antara telur ceplok sama indomie rebus, tentu saja gue memilih indomie rebus.
Selang beberapa waktu, hujan turun rintik di luar rumah. Gue hanya bisa menatap tetesan air hujan yang turun dari atap membasahi halaman rumah nenek gue. Tak lama, semangkok indomie soto lengkap dengan telur dan saos cap ibu jari yang pedasnya nonjok, gue menikmati hujan siang itu.
Dari balik jendela, di atas meja tua nan kokoh, gue menghabiskan makanan dengan lahap.
"Lapar non," ujar nenek gue bergurau. Gue hanya mengangguk sambil menyeruput sisa kuah indomie yang masih tertinggal di mangkok.
Hari ini. Cuaca cukup terik. Tidak ada lagi hujan di siang bolong. Semangkok indomie beserta beberapa bakso daging, menemani siang terik gue. Sama makanannya. Hanya saja, rasanya sedikit berbeda. Rasa buatan tukang bakso tidak sebanding dengan indomie kuah buatan nenek tercinta. Meski hanya dengan rebusan telur, dimangkuk hijau lebar, didampingi saos cap ibu jari. Rasanya tidak ada yang bisa menggantikan.
Gue merindukannya. Bukan sekedar masakannya. Kearifannya, nasihatnya, segala hal baik darinya. Gue masih belum bisa. Gue masih akan merindukannya. Sembari menyesali waktu yang terbuang tanpa hadirnya.
In memoriam, my lovely grandmother. I miss you... Rest in Peace, gramps.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^