9 Mei 2015

Butuh GALAU

Tahu kan, bahwa hidup itu harus seimbang. Baik dalam hal hati, pikiran maupun kesehatan. Sebuah quote pun mengatakan bahwa hidup, cinta dan tawa harus seimbang. Kenapa?
source
Live, Love, Laugh...

Hidup dengan baik,
Lebih banyak tertawa,
Cintai lebih banyak.
Jalani hidup dengan baik. Nggak usah macem-macem, neko-neko. Daripada ujung-ujungnya masalah?

Lebih banyak tertawa. Pastinya, nggak mau kan dibilang alien yang kerjaannya belajar atau kerja tiap hari. Atawa, kerjaannya maen sosmed terus yang rajin, tapi nggak memperhatikan sekelilingnya. Bahkan tertawa pun hanya karena sosmed. Heloooo.. lo alien apa setan? Nggak bisa sadar tempat.

Cintai lebih banyak. Tau dong teori give and give? Atau cuma tahu teori take and give? Pamrih dong... Mari sama-sama belajar mencintai apapun yang terjadi di dalam hidup. Bahkan dari kenangan dan peristiwa paling buruk sekalipun.

Hidup itu harus dinikmati, apalagi masih muda dan bisa berkarya lebih. Nah, hidup yang baik dan dinikmati itu apakah selalu baik, selalu mulus dan selalu lancar? Nggak toh... Kenyataannya, setiap bayangan putih selalu diikuti oleh bayangan hitam. Jadi, untuk sebuah hubungan rasanya perlu juga rasa galau.

Kok bisa? Menurut pendapat pribadi, rasa galau yang memudar dan hilang itu, membuat kita perlahan berubah menjadi alien. Kita hanya tahu yang namanya teman biasa, teman baik dan sahabat. Padahal kita tahu jelas-jelas bahwa perlu banget yang namanya teman hidup.

Masalahnya, mencari teman hidup itu susah susah gampang. Ada yang jalannya mulus kayak jalan tol, atau sedikit bergoyang seperti jalan yang di cor, atau jalanan konblok yang lebih berbatu. Ada juga yang percampuran ketiganya.

Diantara ketiga tipe jalanan diatas, gue memilih untuk mencampurnya. Ada kalanya gue butuh jalan tol, ada kalannya gue butuh jalan cor, atau ada kalanya gue jatuh di jalanan konblok dan berbatu. Ada kalanya juga gue butuh perasaan yang bernama GALAU.

Kenapa? Lagi? Menurut pendapat pribadi lagi, saat hati merasakan sebuah kegalauan atau kebimbangan, biasanya indra-indra sensitif lebih bekerja baik. Apalagi untuk para penulis blog yang terkadang mengandalkan perasaan dan mood saat menulis. Contohnya, gue. Nggak bakal dipungkiri.
pinjem ya bang galau
Bahkan, saat menulis postingan ini pun gue menggunakan the power of galau untuk menyelesaikan beberapa postingan. Jadi, menurut gue sekali lagi, galau itu terkadang penting dan butuh. Asalkan, jangan berlebih atau berkurang. Karena, sesuatu yang berkekurangan itu tidak baik, siap-siap jadi alien nantinya. Juga, sesuatu yang berkelebihan lebih tidak baik lagi, siap-siap jadi gila karena hanya mikirin perasaan seseorang yang belum tentu mikirin kita.

So, galau itu boleh. Asal tetap dilingkaran, eh asal tetap di dalam batas kewajaran. So...... sooo... galau! heh!

2 komentar:

  1. Bener banget, tapi gue termasuk orang yang kurang sosiialisasi sih. Mungkin karena masa kecilku dengan kondisi keluargaku yang terlalu mengekangku. But sekarang sedang berusaha menjadi bagian dari sekelilingku :D

    BalasHapus
  2. iya juga sih. tergantung situasi dan kondisi, galau memang terkadang kita butuhkan.
    entah apa jadinya perasaan ini kalau nggak pernah merasakan galau. hmm :")

    BalasHapus

Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^