11 Februari 2015

#2Semarang Trip Day 1 ~ Lawang Sewu




"Hii... kita sudah tiba di lawang sewu niih.."

Sesosok makhluk endut ikutan eksis di belakang gue. Hahahaha.

Ya! Akhirnya kita tiba di Lawang Sewu yang konon jumlah pintu yang ada di bangunan yang dulu pusat perkeretaan se-Indonesia ini, ada 1000 buah. Untuk mencapai tempat ini, dari warung makan yang kami singgahi sebelumnya, kami menyewa angkot.


Jalan-jalan kali ini, kami berusaha menjadi backpacker dengan tidak menyewa mobil karena kami pikir semua serba dekat. Walau memang sebenarnya dekat, tapi kami yang tidak kenal daerahnya jadi sedikit bingung. Ditambah paginya bangun sangat awal, jadi di hari pertama di sana kami tidak mempunyai tenaga untuk jalan kaki jauh ala backpacker. Hehehe...

Tiket masuk ke kawasan ini berkisar 10ribu per orang, plus 30ribu untuk sewa jasa 'guide'. Sebelum dikenalkan lebih jauh, kita diajak berfoto di depan bangunan bersejarah tersebut.

Dipostingan ini, gue akan banyak cerita dengan foto-foto ya. cekidot!
Menurut bapak pemandu, pohon yang guede ini sudah ada sejak masih pemerintahan Belande.
Daan.. ada yang tahu ini pohon ape? Katanye siih.... POHON MANGGA!
Wooow, paling tua se-Jawa kali yak!

Kami berdelapan diajak berkunjung ke ruangan-ruangan yang ada di Lawang Sewu ini. Sebelum pohon besar diatas, di depan pintu masuk itu ada bangunan kecil yang katanya berisi sumur. Katanya lagi, konon air itu tidak pernah habis karena digali super dalam. Juga, dulunya digunakan untuk mengisi air di menara yang ada di bagian depan bangunan.

Nah, kita meluncur ke foto yuk!


Benda-benda di atas, merupakan alat-alat yang biasanya ada di kereta. Beberapa tuas lama atau mungkin masih dipakai sekarang di perkeretaapian di nusantara. Ada juga sejarah dan blueprint dari bangunan dan arsitektur dari Lawang Sewu itu sendiri.

Selanjutnya, kami diajak berfoto berlatar Lawang Sewu dari sisi dalam. Cherrrs.!

Destinasi berikutnya adalah...
INI!
 Di dalam pameran sejarah perkeretaapian di Indonesia, banyak sekali yang bisa dipelajari. Contohnya:
Nih, contoh nama stasiun atau papan nama di stasiun dulu. *kalo nggak salah*

Niih, ini mesin cetak tiket sekaligus mesin hitung jaman dulu!
Dulu ini mungkin canggih, tapi... masih kalah canggih sama kalkulator yang masih eksis sampai sekarang!

Nah, kalau ini adalah tempat dimana dulu tiket-tiket ditaruh untuk di jual.
Tinggal sebut tujuan, cabut, bolongin... Beres!
*Eh, kok mirip sama tiket kereta waktu gue masih kecil ya?
Ketuaan dong gue!*
Nah yang terakhir ini adalah plakat perayaan 50 tahun perkeretaapian di Indonesia. Bangga doong.. Walau masih kalah maju sama negara tetangga seperti Singapura atau bahkan Malaysia. -__-"

Selepasnya, kami tembus-tembus di lorong lain yang membawa kami ke bagian gedung yang lain pula. Kami tiba di sebuah ruangan yang pintunya sejajar persis jadi kalau dilihat dari satu titik seperti layaknya ada 1000 pintu!
Coba lihat di tengah.....
 Perjalanan kami berlanjut ke sudut ruangan yang lain. Uniknya, jendela-jendela di ruangan ini bentuknya terbalik. Lihat foto dibawah. Sisi kirinya ada jendela dan arah bukanya di atas bukan di bawah. Kata bapak pemandu, "ini contoh jendela anti maling yang baik, bisa masuk, susah keluar."
*Eaaaaa


Sudut ruangan lain dari rangkaian gedung dan bangunan di Lawang Sewu adalah ada lantai atas. Konon, dulunya tempat ini merupakan tempat pengawasan wilayah sekitar. Tapi sekarang katanya dijadikan tempat main badminton. *hadeuhh..*

Dibalik kisah megah, istimewa dan bersejarahnya Lawang Sewu, ternyata bangunan bekas penjajahan ini juga menyisakan kisah sedih dan menyeramkan. Tepat dibawah gedung atas tempat kami berfoto tadi, dibawahnya ada sebuah pintu dan di depannya ada bertuliskan, "Dilarang melakukan ritual-ritual mistis disini."

Si bapak pemandu pun bilang, dulu disana sering ada uji nyali dan katanya lagi pernah masuk yang di televisi itu loh. Cumaaa... sekarang sudah tidak diperbolehkan karena semakin menambah aura-aura negatif di bangunan itu. Lagi-lagi katanya.

Lagi, selepas turun dari tempat pengawasan, kami diajak berjalan mengikuti koridor samping yang bisa kelihatan sebuah mol. Gue lupa nama mol-nya apa. Beliau juga bercerita, di salah satu gorong-gorong yang ada diluar koridor alias halaman samping disana, pernah dijadikan tempat pembuangan mayat-mayat pada masa penjajahan Jepang.

Jadi, dari ruangan yang di Segel "ANTI MISTIS" tadi-lah para mayat tersebut berasal. Katanya sih, penjara bawah tanah. Pantas saja banyak aura mistis. Juga, para mayat itu hanya dibuang begitu saja, bersamaan dengan aliran air di selokan halaman koridor. Mungkin... dulu airnya deras kali, ya... Karena begitu gue lihat, airnya seperti air got jaman sekarang yang cetek dan agak sulit buat menghanyutkan satu mayat sekalipun.

Hiii... sudah ah! Kita lanjut aja ya ceritanya!


Bapak pemandu membawa kami kembali ke sebuah ruang pameran berisi lukisan dan foto perkembangan perkeretaan dari jaman penjajahan sampai sekarang. Bahkan foto-foto para mentri juga ada kok.

Usai sudah! Cerita tentang Lawang Sewu sudah selesai. Dibalik kemegahan, pasti ada hal yang menyedihkan. It's natural...

Di ujung perjalanan, kami di bawa ke penjaja oleh-oleh. Sementara itu, gue bertekad untuk beli oleh-oleh yang sifatnya sekali habis, jadi tidak tertarik sedikitpun beli di sana. Selagi menunggu, gue dan Listi berfoto-foto ria bak none-none Belande. Untungnya nggak ada penampakan none-none beneran. Hahaha.. *efek mistis..*


Satu hal yang keenam teman gue lewatkan. Gue dan Listi berhasil foto sama kereta mini ini looh...
Hahaha.. *Evil laugh*
Diakhir perjalanan, kami dibawa ke kereta yang lebih besar dibanding kereta mini tempat gue foto diatas. Kereta beneran! Lokomotifnya doang, tapi... Foto-foto di depan lokomotif jaman baheula ini pun sekaligus mengakhiri perjalanan dan cerita kami di Lawang Sewu...
Seusai mengucapkan terima kasih, kami pun meluncur ke destinasi selanjutnya!

 Sssst, lokasinya diseberang Lawang Sewu! Nanti kita lanjut lanjut lagi, yaa...^^



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^