Setelah selesai jalan-jalan megah plus mistis di Lawang Sewu, tujuan gue dan teman-teman selanjutnya adalah Tugu Muda, Kawasan Kota Lama, Simpang Lima. Dalam bayangan gue, Kawasan Kota Lama disini akan mirip dengan Kota Tua di Jakarta, lalu Simpang Lima disini akan mirip dengan Alun-alun Selatan waktu gue di Jogjakarta.
Sebagai orang Jakarta asli, kayaknya kurang afdol kalau belum menyebrang di sembarang tempat. Alhasil, selepas keluar dari Lawang Sewu, gue dan teman-teman menyeberang bundaran Tugu Muda untuk foto-foto disana.
Pemandangan dari seberang sih lumayan bagus. Sangat menyenangkan dan memang spot yang bagus untuk foto-foto. Tugu Muda disini merupakan titik nol dari kota Semarang. Jadi kalau mau ngitung kalian ada di kilometer berapa nantinya, silahkan bawa meteran atau kalau yang paling sederhana, penggaris besi yang biasa di pakai di rumah. Berani jamin, pasti nyerah sebelum memulai. *ya kaliii...*
Di persimpangan Tugu Muda ini, terdapat beberapa gedung dan spot yang menarik bila dilihat dari tengah. Di seberang kanan tempat gue berdiri, ada Gereja Katolik Semarang yang sekaligus Keuskupan Agung Semarang. Dibelakang, ada museum Mandala Bakti yang gagal di kunjungi karena kesorean. Di depan gue, tepatnya diseberang Tugu Muda, ada Gedung Pemerintahan kota Semarang. Gedung apa gitu namanya, yang sempat gue plesetin jadi gedung Cisadane. Hahaha..
Puas berfoto-foto ria, kami melanjutkan luntang-lantung hari itu. Kebetulan, langit masih berwarna biru keabu-abuan sehingga masih memungkinkan untuk kembali berpetualang. Gue mengusulkan untuk segera meluncur ke Kota Lama. Pegalnya kaki rasanya kepengen diangkat ke ranjang terus tidur. Sayang, rasa penasaran gue masih belum bisa dikalahkan.
Akhirnya kami meluncur ke Kota Lama dengan bus ekonomi biasa dengan tarif 3000/orang. Begitu sampai disana, penampilan horor tampak diwajah. Kok bisa? Emang seram?
Gue dan kawan-kawan menyusuri kawasan Kota Lama, berharap bisa menemukan tempat wisata seperti Kota Tua yang ada di bayangan gue, tadinya. Sayangnya, harapan gue pupus. Gue memang menemukan Gedung Gereja Blenduk yang masih aktif dipakai. Juga, gedung Jiwasraya yang katanya dari jaman kolonial sampai sekarang masih aktif dipakai. Yang diluar pemikiran lagi, gue menemukan sebuah taman kecil di dalam kota. Namanya Sri Untung. Yaah, itu pun cuma taman-taman sederhana.
Perjalanan kami di Kota Lama berakhir di Kantor Polisi.
Lho? Memang kenapa? Ada yang ribut-ribut? Tidak, tenang saja...
Hari semakin sore dan gelap. Teman kami yang muslim pun terpaksa harus menunaikan kewajibannya untuk sholat magrib dan sekalian menunggu waktu Isya *bener nggak tuh tulisannya?
Kami bertemu dengan petugas yang agak gemuk dan sayangnya gue lupa nama si Bapak. Sembari menunggu, si Bapak bercerita banyak tentang karirnya dan hidupnya. Satu hal yang buat gue tertegun, beliau ternyata pernah jadi orang Tangerang juga! Bekerja sekian belas tahun lalu kembali ke daerah.
Ya elah.. Perasaan orang Tangerang banyak amat dimana-mana... Waktu di Divapress juga, bagian marketingnya juga pernah jadi orang Tangerang. Hahahaha. Jauh-jauh ke kota orang, ketemu juga orang yang pernah tinggal di Tangerang. :D
Seusai menunaikan kewajiban, kami melanjutkan perjalanan. Tadinya mau naik taksi, tapi kawasan jalanan yang gue lewatin itu jarang lewat taksi. Kalau lewat pun, pasti penuh. Kami pun memutuskan untuk berjalan agak ke depan dan menemukan spot Toko Wingko Babat cap Kereta Api. Karena tidak tahu kalau wingko babat cap KA itu hanya disitu, lewatlah.... Juga, banyak tukang becak yang menawarkan ke Semawis. Berhubung sudah waktunya makan saat itu.
Sayang, semawis itu hanya untuk kami yang boleh makan b*bi. Jadinya, kami meluncur ke Simpang Lima berburu makanan. Lagi, pemikiran awal gue tentang alun-alun disini ternyata berbeda dengan kenyataan. Kami makan mie godok jawa dan itu rasanya UNRECOMENDED banget!!!! Lalu, beli tahu gimbal pun, kurang NENDANG! Cuma, gue perlu akui bahwa pusat kuliner disana banyak banget dan tertata rapi.
Perjalanan kami berakhir di Simpang Lima. Untuk pulang, kami sempat kurang beruntung karena sempat menawar taksi untuk 6 orang namun di tolak mentah-mentah dengan tidak sopan. Supir taksi ek*pres ini kurang bersahabat. Akhrinya, kami naik taksi itu juga namun dengan supir yang lebih baik dan bersahabat.
Sampai di Penginapan, gue menyantap bakso yang gue bungkus karena tergiur melihat ramainya pembeli.
Fiuh~~ Perjalanan yang serba luntang-lantung hari itu. Pergi kemana-mana tanpa tahu arah pasti, mau pergi kemana, malah jadinya kemana...
Semarang Trip.. Day 1... Finish!
Let's Sleep!!!!
Note: Gue nggak bisa pules tiduuurr.... kebangun tiap jam sekaliii.... hororrr... ~_~"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^