Mematut diri di depan cermin, mencari baju
yang cocok, tersenyum sejak pagi, aku rasa hanya orang yang hampir gila yang
bertingkah seperti itu. Sayangnya, aku pikir bahwa dirikulah orang itu. Sejak
semalam aku pun hampir tidak bisa tidur dengan nyenyak. Berkali-kali terbangun
dan langsung melirik pada penunjuk waktu. Aku merasa jantungku seperti mendapat
sengatan listrik entah dari mana hingga membuatnya berdebar setiap waktu.
Lagi-lagi kulirik jam weker yang ku pasang
disamping tempat tidurku. Wah, masih jam delapan pagi, masih ada dua jam
sebelum aku bertemu dengan si penyebab keanehan padaku. Dua jam serasa dua
tahun, aku menunggu dan si Dia tiba tepat waktu. Suara bel terdengar dan
melihat sosoknya dibalik pintu membuat jantungku hampir melompat keluar.
Perasaan senang serta salah tingkah bercampur jadi satu. Ah, aku tampak seperti
orang bodoh, rutukku dalam hati.
Kami pergi menonton bioskop. Bioskop pertama
yang menjadi saksi perjalanan kisah cinta kami. Menonton film, makan di
restoran, bermain di pusat permainan hingga tak terasa waktu yang
mengingatkanku untuk segera pulang. Langit diluar bangunan sudah berubah
kembali menjadi gelap dan si Dia mengantarku pulang dan berpamitan dengan kedua
orangtuaku.
Aku tersenyum sambil merasakan debaran
jantungku saat membayangkan kenangan kami hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^