Disclaimer
Sebelum membaca, disarankan untuk membuka postingan sebelumnya disini. Kumpulan cerpen di tahun 2015 ini dibagikan agar lebih bermanfaat dan lebih banyak yang membaca. Happy reading.
***
Aku bertengkar
hebat dengan sahabat yang aku punya sejak masih di sekolah dasar hanya karena
masalah sepele. Luna—nama sahabatku. Aku berteman sejak masih duduk di sekolah
dasar. Ia selalu datang setiap hari untuk
bermain di rumahku. Hingga suatu ketika aku melihat ia ditaman dekat rumahku
berduaan dengan Rio—kekasihku sedang bertatapan mesra. Rio menyentuh pipi Luna
namun Luna menepis seakan tidak tertarik.
Tiba-tiba perasaan
dikhianati, marah, benci semua bercampur menjadi satu. Aku menghampiri keduanya
dengan amarah membara lalu menampar Rio sekuat tenagaku. Aku menatap Luna yang
tampak ketakutan. Luna memperlihatkan wajah memelas dan terus berkata kalau aku
salah paham dengannya. Entah apa yang merasukiku, aku tidak mau mendengar
apapun alasan yang ia keluarkan.
Aku benar-benar benci karena dikhianati oleh
sahabatku sendiri. Beberapa bulan telah berlalu, aku merasakan bahwa hatiku
merasa sepi dan Luna tidak ada kabar sama sekali. Aku meraih ponsel, mencari
namanya lalu menekan tombol hijau untuk menelepon. Beberapa detik kemudian aku
matikan kembali saat aku mengingatnya. Tak lama ponselku berdering dan tertera
nama LUNA.
Ah, benar
firasatku. Ia pasti akan telepon aku duluan. Dengan bersemangat aku mengangkat
teleponnya. Sayang itu bukan Luna melainkan orang tuanya. Mereka mengabarkan
bahwa Luna masuk rumah sakit karena kecelakaan. Aku mendelik saat mendengar
kabar mengagetkan tersebut dan menanyakan keadaan Luna yang ternyata sedang
dalam keadaan koma. Diakhir telepon, aku berjanji akan datang menjenguk Luna.
Janji tinggallah
janji. Hari-hari berikutnya aku disibukkan dengan berbagai kegiatan organisasi
disekolah yang mengharuskanku pulang sore. Saat sudah sampai rumah, rasa capek
mengalahkan niatku untuk menjenguk Luna. Tiba-tiba ponselku berdering dan
kembali tertulis nama LUNA di nama pemanggil. Belum selesai aku mengatur nafas
karena lelah, aku kembali dikejutkan saat orang tua Luna bilang kalau Luna
kolaps. Kali ini tanpa menunda lagi aku langsung meluncur menuju rumah sakit
tempat Luna dirawat.
Aku berdoa dalam
hati untuk kesembuhan Luna. Lalu dari dalam taksi yang aku tumpangi melantunlah
sebuah lagu yang selalu menjadi lagu persahabatan kami. Air mata tak dapat aku
bendung lagi. Kenapa semua ini terjadi?
Begitu tiba di
rumah sakit, aku segera berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Semua
kenangan-kenangan indah persahabatan kami seakan terputar kembali didalam
memoriku. Rasanya benar-benar baru kemarin kami bermain, bertengkar dan
sekarang Luna berada dirumah sakit karena kecelakaan. Air mataku terus keluar
seiring langkah kakiku yang terus berlari mencari ruang UGD.
Aku tiba diruang
UGD dan langsung disambut baik oleh kedua orang tua Luna. Mereka memintaku
untuk segera masuk dan melihat langsung. Luna terbaring lemah dan penuh dengan
kabel-kabel mesin penunjang hidup dan air mataku semakin deras mengalir. Luna
yang ceria, Luna yang periang sekarang seperti ini?
Orang tua Luna yang
ikut masuk memberitahu bahwa umur Luna tidak akan lama lagi. Luna mengalami
penurunan kesadaran akibat kecelakaan dan Leukimia yang diidapnya. Aku kaget
setengah mati saat mendengarnya. Leukimia? Luna tidak pernah cerita dan
tiba-tiba mesin pendeteksi jantung berhenti berbunyi. Aku menjerit histeris
melihat sahabat tersayangku harus pergi sebelumku meminta maaf.
Kini, di depan
pusaranya aku meminta maaf penuh perasaan. Lalu angin berhembus perlahan seakan
Luna telah menerima maafku dan pergi dengan tenang. Selamat jalan sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^