3 Juni 2014

ICHA

"Iiiii CHapee deeee!"

Icha.

Nama yang simple tapi mudah juga untuk jadi bahan ejekan. Sayangnya, hal itu tidak menyurutkan gue untuk bisa memiliki nama panggilan ICHA. Tidak perduli nama asli gue seperti apa dan bagaimana. Gue mau orang-orang manggil dengan sebutan, 'Ichaaaa' atau lebih singkatnya, 'Chaaaa'.
*serasa imut

Terjadi sebuah perjalanan panjang demi mendapatkan gelar 'cha' yang sekarang gue rasa kekanak-kanakan. Tapiii.. gue sukaaa... *guling-guling di pasir

Awalnya, gue pikir agak kurang tepat mengingat tampang gue yang gahar bin ganas untuk di beri panggilan 'cha'. Tapi, lama-kelamaan panggilan 'cha' seakan sudah mendarah daging dalam nama dan hidup gue.
ude gahar belon? :P
Semua berawal saat teman SD gue memiliki panggilan yang hampir mirip. ECHA dan ICHA. Bukan hanya nama panggilannya yang mirip, postur tubuh keduanya pun mirip. Keduanya juga perempuan. Keduanya teman sekelas gue. Sayangnya keduanya tidak saudara. Apalagi kembar. Yang Echa punya rambut keriting, sedang Icha punya wajah oriental.

Sumpah! Saat itu gue iri setengah ampun sama mereka. Kenapa? Karena saat itu gue dipanggil dengan nama tengah gue, Aristy, yang kalau dicari sisi imutnya pun tidak ada. Mereka di panggil Cha, gue? Ar, ar.. atau Ris, ris.. *serasa abang angkot*

Kejadian yang paling nyesek banget adalah jaman pensil warna atau gel warna yang bisa di tulis-tulis di buku, tembok bahkan di tangan sebagai tato. Mereka berdua menulis nama panggilan mereka dengan gaya-gaya tulisan alay yang jaman itu di bilang imoet! Gue? Nggak mau kalah dong....

Gue beli tuh pensil/gel lalu gunting ujung lancipnya dan siap ditulis. Sayangnya, gue nggak tau nama imoet atau panggilan keyeeen yang pas buat gue saat itu. Saat kegalauan 'sepele' tentang nama, tiba-tiba kepala gue muncul lampu bohlam. *gaya einstein *TING!

Cici sepupu gue biasa manggil gue dengan sebutan Ati dengan tujuan mempersingkat nama tengah gue. *jadi inget mpok Ati!
Gue mengkreasikan nama Ati dengan mengganti huruf terakhir, Aty, paling tidak ada sesuatu yang WEW gitu, biar nggak dikira plagiator nama Mpok Ati lagi.
Tapiii.. nama itu masih belum memuaskan gue. Pokoknya gue maunya dipanggil CHA! Whatever! However!
*grosak-grosak ditanah *lagi

Begitu lulus SD, masuk ke SMP, mulailah kenal sama yang namanya komputer dan... internet! Bayangin aja, gue baru kenal komputer itu jaman ESEMPEH, kawan-kawan! Berbahagialah kalian yang lahir lebih belakangan karena bisa nikmatin teknologi yang udah canggih.

Nah, disinilah mulai ke-alay-an gue. Diawal tren imel bin norak, saat itu juga sedang in manga dan anime dari Jepang di Indonesia. Especially, when I watched almost this cartoon every noon! It made me addicted with it! So,mulailah gue menciptakan nama-nama yang masih berbau atawa berunsur Jepang, menurut gue, noted it!

Terciptalah .... AKENA. Entah gue terinspirasi dari nama Jepang 'Akane' dari salah sekian banyak komik Jepang atau karena gue yang memang 'SOK BEDA'. Gue searching dulu nama Akena itu ada yang punya atau tidak. Kebetulan, saat itu belum ada dan kalaupun ada, tidak terekspos di internet atau media sosial lainnya. *noted, dulu belum segampang sekarang media sosialnya!

Lalu, untuk nama belakang imel gue, dengan seenak jidat gue memutuskan nama CHATY yang menurut gue mengandung unsur-unsur kimia imoet dari nama imel gue. Akhirnya jadilah, Akena dan Chaty. Saat orang-orang tanya artinya, dengan enteng gue bilang... "Perpaduan Jepang dan Indo". Atau, terkadang gue akali dengan "Cha, itu akhiran dari Luicha, Ty, itu akhiran dari Aristy. So, jadilah Chaty." *ngeless...

Tapi, boleh gue akui bahwa tercetusnya panggilan ICHA yang gue sandang belakangan ini memang berawal dari imel yang norak bin sok beda diatas. Sejak itu, banyak dari sekian imel-imel lain yang gue bikin selalu terselipkan kata CHA.

Perkembangan panggilan CHA, *sejarah mode on*, semakin maju, Bro, Sis! Apalagi saat SMA. Kebetulan gue masuk SMK Negeri dan menjadi sekolah negeri pertama dan satu-satunya yang pernah gue 'tuntut' ilmunya. Nama gue yang britishsm itu, agak susah diingat dan disebutkan. Terkadang bolak balik dengan Lusia atau Luis without 'A'. Semua masalah panggilan itu terpecahkan dengan tiga huruf. CHA!

Sekarang, gue boleh sedikit berbangga karena beberapa teman dekat serta rekan-rekan sejawat banyak yang manggil gue CHA. Tapi, bukan berarti gue tidak bersyukur dengan nama pemberian orang tua gue. Ingatkah akan doa yang disisipkan dalam nama gue ini? Maka dari itu, gue pun mencari akal bagaimana cara untuk menggabungkan nama asli gue bersamaan dengan panggilan kesayangan gue, CHA.

Tercetuslah, LUIZA CHA. Uuups, lagi-lagi ide ini karena terinspirasi dari teman kantor yang punya marga-marga Cina di belakang nama mereka. Misal, Michele Thung, atau Felly Huang. Lah, gue? Hahahaha...

Banyak jalan menuju Roma, bung! Dengan sedikit perubahan penulisan pada kata pertama, gue rasa tidak mengurangi nilai nama itu sendiri. Disamping cibiran dari 'i... chapee, deeh', gue merasa bersyukur kalau akhirnya gue berhasil mempopulerkan nama 'beken' gue tanpa harus meninggalkan doa yang disisipkan ortu pada nama asli gue. Boleh percaya atau tidak, teman-teman gue hampir tidak percaya kalau Luiza Cha itu bukan nama asli gue. Wajar sih, karena seluruh sosmed dan kontak selalu gue selipkan nama itu.
call me... icha! :P

Now, I proud to be ICHA, I proud to be Luiza and I proud being Luiza Cha! And, I try to tell anyone that Luiza Cha is existed in the world. 


WELCOME TO MY WORD. MY WORLD. MY DREAM!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^