29 Juni 2013

M(issi)ove on Impossible

"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 juni 2013"


-----------------------------------------------------------------------

Aku mengutip sebuah kalimat dari salah satu film yang sedang booming akhir-akhir ini.

“Move on bukan masalah waktu melainkan masalah hati...”

Boom!

Seperti letusan petasan dalam dada. Tercipta rasa perih yang sudah lama ditutupi. Pura-pura tak dirasakan. Bahkan belagak tak pernah memiliki.

Aku bilang pada diriku untuk bersabar, biar waktu yang membayarnya. Membayar tiap luka serta rasa perih yang membekas. Rupanya aku salah persepsi, menyatakan diriku berhasil move on dari seseorang yang dulu berhasil mencuri hati dan tak kunjung mengembalikannya. Aku benar-benar salah perhitungan.

Buktinya, tiap aku berselancar di jejaring sosial dan namanya tiba-tiba muncul di timeline twitter, jari-jariku tak tahan bila tak segera menekan layar ponsel untuk mengunjungi profile miliknya. Hal serupa juga terjadi apabila namanya yang sakral muncul ditengah-tengah beranda facebook milikku, rasa penasaran menyerbu lebih dulu.

Tiap kali berkunjung, aku merasa ada yang lain. Hingga sebuah pertanyaan muncul secara tiba-tiba dalam benak. “Kemana saja dirimu? Apa kabarmu? Bagaimana kuliahmu? Bla, bla, bla...”

Ah! Aku harus move on! Tidak bisa seperti ini terus. Lekas-lekas ku tutup kembali akun jejaring sosial miliknya.

Aku membiarkan waktu terus bergerak sementara itu aku memutuskan meneruskan cita-citaku yang sempat tertunda. Hingga suatu hari saat membongkar barang-barang lama milikku untuk dibereskan, sebuah kotak aneh namun tak asing tampak menarikku untuk mengambilnya.

Pikiranku sekejap terlempar menuju beberapa tahun sebelumnya. Aku berada pada saat-saat pertama dekat dengannya, tiap hari bertukar kabar cerita, hingga kali pertama dirinya mengajakku ke sebuah pesta.

Aku hampir bernostalgia. Lagi-lagi menyesalkan kebodohan yang terjadi di waktu lampau. Menciptakan luka perih baru dalam dadaku. Untungnya otak kiriku segera bekerja dengan cepat. Aku kembali ditarik ke dunia sekarang dimana aku berada.

Aku kembali menatap kotak berisikan souvenir dari pesta tadi. Tercantumkan tanggal pernikahan si pengantin. Mataku terbelalak kaget.

“Oh, it almost three years...” gumamku dalam hati.

Lagi! Aku menyetujui kutipan dari artikel yang kusebutkan diawal cerita tadi. Waktu tiga tahun yang berlalu tak berpengaruh sama sekali dengan hatiku. Meskipun bukan lagi perasaan berbunga-bunga hingga membuatku mabuk kepayang, namun perasaan itu masih ada.

Terkadang sengaja melupakannya hingga lupa beneran. Lalu muncul lagi di jejaring sosial dan kembali mengidolakannya. Ia yang tak pernah marah, sebuah kemarahan ditanggapinya dengan senyuman dan nada bicaranya yang khas. Dunia serasa adem saat berada di sampingnya. Bahkan pepatah “Dunia serasa milik berdua. Yang lain ngontrak!”, ada benarnya juga. Tapi sekarang...

Ah! Aku sudah bilang, kan! Aku harus move on, apapun itu caranya. Harus bisa melupakannya bahkan mencari penggantinya. Yang mirip?

Ah, sudahlah... Aku merapihkan kembali hasil bongkaranku kemudian berselancar ria di twitter milikku. 

Lalu... Ups! Ia muncul lagi... Ia muncul lagi...

Segera ku buka profile miliknya. Muncul 20 days ago di postingan terakhir yang aku baca. Rupanya aku berhasil melupakannya selama 20 hari. Hanya 20 hari???


Aaaah... Ini bukan move on namanya... Aku menggeram dalam hati merutuki diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^