"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 juni 2013"
Aku mengutip sebuah kalimat dari salah satu film yang sedang booming akhir-akhir ini.
-----------------------------------------------------------------------
Aku mengutip sebuah kalimat dari salah satu film yang sedang booming akhir-akhir ini.
“Move on bukan masalah waktu melainkan masalah hati...”
Boom!
Seperti letusan petasan dalam dada. Tercipta rasa perih yang
sudah lama ditutupi. Pura-pura tak dirasakan. Bahkan belagak tak pernah
memiliki.
Aku bilang pada diriku untuk bersabar, biar waktu yang
membayarnya. Membayar tiap luka serta rasa perih yang membekas. Rupanya aku
salah persepsi, menyatakan diriku berhasil move
on dari seseorang yang dulu berhasil mencuri hati dan tak kunjung
mengembalikannya. Aku benar-benar salah perhitungan.
Buktinya, tiap aku berselancar di jejaring sosial dan
namanya tiba-tiba muncul di timeline twitter,
jari-jariku tak tahan bila tak segera menekan layar ponsel untuk mengunjungi profile miliknya. Hal serupa juga terjadi
apabila namanya yang sakral muncul
ditengah-tengah beranda facebook milikku, rasa penasaran menyerbu lebih dulu.
Tiap kali berkunjung, aku merasa ada yang lain. Hingga sebuah
pertanyaan muncul secara tiba-tiba dalam benak. “Kemana saja dirimu? Apa
kabarmu? Bagaimana kuliahmu? Bla, bla, bla...”
Ah! Aku harus move on!
Tidak bisa seperti ini terus. Lekas-lekas ku tutup kembali akun jejaring sosial
miliknya.
Aku membiarkan waktu terus bergerak sementara itu aku
memutuskan meneruskan cita-citaku yang sempat tertunda. Hingga suatu hari saat
membongkar barang-barang lama milikku untuk dibereskan, sebuah kotak aneh namun
tak asing tampak menarikku untuk mengambilnya.
Pikiranku sekejap terlempar menuju beberapa tahun sebelumnya.
Aku berada pada saat-saat pertama dekat dengannya, tiap hari bertukar kabar
cerita, hingga kali pertama dirinya mengajakku ke sebuah pesta.
Aku hampir bernostalgia. Lagi-lagi menyesalkan kebodohan
yang terjadi di waktu lampau. Menciptakan luka perih baru dalam dadaku. Untungnya
otak kiriku segera bekerja dengan cepat. Aku kembali ditarik ke dunia sekarang
dimana aku berada.
Aku kembali menatap kotak berisikan souvenir dari pesta tadi. Tercantumkan tanggal pernikahan si
pengantin. Mataku terbelalak kaget.
“Oh, it almost three
years...” gumamku dalam hati.
Lagi! Aku menyetujui kutipan dari artikel yang kusebutkan
diawal cerita tadi. Waktu tiga tahun yang berlalu tak berpengaruh sama sekali
dengan hatiku. Meskipun bukan lagi perasaan berbunga-bunga hingga membuatku
mabuk kepayang, namun perasaan itu masih ada.
Terkadang sengaja melupakannya hingga lupa beneran. Lalu muncul
lagi di jejaring sosial dan kembali mengidolakannya. Ia yang tak pernah marah,
sebuah kemarahan ditanggapinya dengan senyuman dan nada bicaranya yang khas.
Dunia serasa adem saat berada di
sampingnya. Bahkan pepatah “Dunia serasa milik berdua. Yang lain ngontrak!”,
ada benarnya juga. Tapi sekarang...
Ah! Aku sudah bilang, kan! Aku harus move on, apapun itu caranya. Harus bisa melupakannya bahkan mencari
penggantinya. Yang mirip?
Ah, sudahlah... Aku merapihkan kembali hasil bongkaranku
kemudian berselancar ria di twitter milikku.
Lalu... Ups! Ia muncul lagi... Ia
muncul lagi...
Segera ku buka profile
miliknya. Muncul 20 days ago di
postingan terakhir yang aku baca. Rupanya aku berhasil melupakannya selama 20
hari. Hanya 20 hari???
Aaaah... Ini bukan move
on namanya... Aku menggeram dalam hati merutuki diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^