26 Juli 2013

Nggak akan Balik lagi...

Sepertinya belakangan ini gue sedang berada di titik terjenuh menjadi seorang dewasa. Hidup di dunia hampir dua puluh tahun lebih, buat gue makin merasa jenuh. Sebenarnya ada beberapa hal yang sebenarnya harus dilepaskan. Istilahnya, keluar dari zona aman. Sayangnya, masih belum bisa. Dan masih belum mau.

Terkadang, manusia memang begitu. Walau susah tetap saja dijalani. *teori siapa coba?*

Nah, beberapa waktu lalu gue pernah bernostalgia mengenai film-film kartun jaman gue masih SD. Lalu tercetuslah ide menulis artikel ini. Sebenarnya sempat lupa. Hanya saja diingatkan secara tidak sengaja saat gue dan teman-teman dari BIA HSPMTB sedang rapat sambing nongkrong di Basjon, sambil ngomongin soal cuaca.

Awalnya hanya karena gue ngoceh begini:

"Gue tau kenapa gini hari nggak ada layangan. Pasti gara-gara hujan!"

Lalu temen gue bernama Janner nyeletuk.

"Ah, memangnya sekarang musim layangan. Kayaknya kagak dah..."

"Yee, sekarang harusnya. Kan musim-musim liburan sekolah. Inget nggak dulu waktu sekolah..."

*pernah sekolah nggak, Jan?* :P

Nah, obrolan pun dimulai deh dari celetukkan kecil tersebut. Seperti tersedot ruang dan waktu, gue dan teman-teman langsung terbawa arus pembicaraan. Membicarakan permainan jaman gue kecil jadi primadona, sekarang hampir hilang tak berbekas. Masa-masa yang nggak akan pernah bisa balik lagi.

1. Layangan.

Nih mainan kayaknya paling populer deh. Jangankan di Tangerang, di Indonesia bahkan di seluruh dunia mungkin punya perayaan tersendiri akan permainan ini. Contohnya di Jepang. Di Indonesia, negara yang penuh dengan 'musim-musim', musim layangan pun juga ada.

Biasanya saat musim liburan anak sekolah. Antara bulan Juni-Juli. Saat matahari sedang terik-teriknya. Musim lagi panas-panasnya. Saat angin sedang bertiup setengah-setengah. Kadang besar kadang tak berangin.

Layangan bagai primadona. Mainan yang nggak pernah mandang umur bahkan jenis kelamin. Kenapa gue bisa bilang begitu? Karena gue juga termasuk pecinta layangan, bro! Jangan salah... Gini-gini gue pernah terbangin layangan SATU KALI di atas genteng rumah gue.

Jangan lihat SATU kali-nya bro. Tapi niat terbanginnya, bro! Pokoknya gue cinta mati sama permainan ini. Gue suka cara layangan itu naik diterbangkan angin. Gue suka bunyi layangan 'Koang' yang gedenya 'naujubileh'. Layangan berukuran besar yang dinaikkan dengan benang tebal. Yang terkadang ditinggal pemiliknya hingga besok pagi. Menyisakan bunyi dengungan dilangit.

Tahun ini gue sempat mengeluh pada langit. Kenapa mesti hujan sih? Kenapa musim hujan harus datang lebih awal? Gue memang pecinta hujan. Tapi menanti hujan diwaktu yang tak tepat juga bukan alasan yang tepat akan datangnya hujan. Pokoknya gue mau bulan-bulan ini tuh bulannya layangan.

Tapi apa daya. Musim memang sudah berubah. Musim hujan datang lebih awal. Lebih cepat. Dipertengahan tahun. Membuyarkan pesta layangan. Mainan yang selalu berkesan dihati. Entah kenapa. *sekejap galau* *nelen baygon*

2. Bekel

Eaaa.. Kamu, kamu. Para wanita. Pernah kecil kan? Pernah SD kan? Pasti pernah! Gue pernah! Jadi jangan tanya balik pertanyaan itu ke gue. Okeh! *pemaksaan* hehe..

Nah, kalau yang ini permainannya menggunakan sebuah bola kecil dari karet, ditemani 7/8 biji bekel yang berwarna kuning keemasan. Mainnya bisa sendiri atau keroyokan. Paling seru ya reramean tapi kalau kalah terus, mending main sendirian deh. Itung-itung asah keterampilan. *cieeee...*

Moment yang paling tidak dilupakan adalah saat permainan ini begitu merebak seperti jamur. Di musim main bekel, semua anak perempuan pasti punya tuh satu set perlengkapan bekel. Dari bola sampai biji-nya. Ada yang inisiatif gunain biji congklak sebagai ganti biji bekel. Tiap istirahat sekolah, seluruh isi koridor penuh dengan anak-anak perempuan yang bergerombol minimal 3 orang di sisi-sisi koridor hanya untuk bermain bekel.

Bisa kebayang, kan. Seantero koridor isinya anak perempuan semua. Diiringi bunyi 'kecrekan' biji bekel, dentuman kecil bola bekel serta pekikkan histeris pemainnya jika bola jatuh atau gagal merai biji bekel. Sayangnya peristiwa ini tidak berlangsung lebih dari dua bulan. Kenapa?

Jadi saat itu, ketika ada yang main, bola bekel mental dan menggelinding ke sisi lain koridor. Sayangnya, ada anak yang melintas dan tidak memperhatikan langkahnya. Akhirnya..
*Bledakkk* jatuhlah si anak. Kepala bocor dan komplotan pemain bekel pun dibubarkan. Sejak peristiwa tersebut, pihak sekolah melarang anak-anak bermain bekel disekolah bahkan dilarang membawa! Bawa bekel, SITA!! *khas jaman sekolah banget...*

Selain itu, ada juga momen lucu-nya. Sekarang sih dianggap lucu, kalau dulu, sebelnya minta ampun...
Bola bekel gue diumpetin sama adik gue dan dicempuling ke dalam gayung. Ada yang tahu isi di dalam gayung itu apa? MINYAK TANAH!

Alhasil, melendunglah bola bekel gue. Membesar tak jelas bentuknya. Dan akhirnya gue potong-potong tuh bola dan gue buang. Terus, main pakai apa? BELI LAGI! Jangan kayak orang susah.. *songong...* hahaha...

Yah, kalau diingat-ingat sekarang rasanya seru banget. Permainan-permainan masa kecil yang nggak pernah dilupain. Menyimpan kenangan-kenangan tersendiri. Oh, ya. Ada juga loh permainan yang bikin sedih namun berkesan.

Ngomong-ngomong, teman-teman ada pengalaman mainan tradisional jaman dulu nggak? Share dong ke gue. :D

Pastikan kalian baca postingan selanjutnya yaa..
NEXT...


gambar dipinjam dari sini dan sini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sila komentar. Komentarmu adalah penyemangat untuk tulisan berikutnya! See ya! ^^